BAB 6: Bad Boy

1 0 0
                                    

Tring ..
Denting notif ponselku berbunyi.
Matahari baru saja terbit, dan ponselpun sudah mulai rusuh.

"Eh kalian kelompok berapa?", cuit salah seorang teman di grup.

Saat membaca pesan tersebut, sontak saja whatsapp aku tutup dan segera beralih ke aplikasi browsing mengetik website kampus.

***

Hari ini adalah hari pengumuman nama-nama kelompok KKN. Jantungku berdetak tak karuan. Harap-harap cemas mendapat desa yang sangat sulit di jangkau.

Alhamdulillah ..
Kelompok 14, di desa Sukarami di daerah Gelumbang.
Desa yang cukup maju dengan fasilitas kantor pelayanan umum yang lengkap.

***

Tring.
Notif ponselku terdengar lagi, rupanya pesan dari ntah siapa dalam sebuah grup yang baru saja di buat. Ya, grup KKN.

Notif ponsel terus berbunyi, grup yang baru di buat ramai seketika. Pada akhirnya, terbentuklah wacana untuk meet up anggota KKN.

Singkat cerita, semua sepakat. Rabu, jam 10 di taman Fakuktas Adab kami akan bertemu.

***

Pertemuan Pertama

Pagi itu, aku sangat santai. Niatan mau bimbingan proposal, tapi ah sudahlah pasti di tolak dosen untuk bertemu. Karena Acc sudah di tangan. Tinggal menunggu jadwal seminar di rilis.

Alhasil, dengan berat hati karena sudah kepalang sepakat aku terpaksa ke kampus. Maklum saja, bagi mahasiswa semester akhir sepertiku rasanya makin hari kampus terasa semakin jauh. Rasanya enggan tuk melangkahkan kaki kesana. Begitu berat. Kalau tidak ada udzur yang syar'i, mana mungkin siap ke kampus.

Akibat terlanjur mengiyakan, mau tak mau harus berangkat.

***

Ketika sampai di kampus, ternyata hanya enam orang saja yang hadir. Sisanya ntah kemana. Sudah menjadi siklus alamiah, saat pertemuan pertama itu saling tanya nama masing-masing menjadi hal wajib. Ya mau bagaimana lagi, toh kami baru pertama jumpa. Sebenarnya, ada dua orang lainnya yang satu jurusan denganku. Zia dan niko. Zia, dia teman satu geng di kelas. Namun ia tak hadir, karena ia sedang mudik. Satu lagi Niko. Niko dia tetangga kelas kami. Sedikit-sedikit aku sudah mengenalnya. Dan satu hal yg pasti dia orang yang aneh. Meskupun ia aneh, ia adalah ketua tingkat di kelasnya. Kebetulan niko juga hadir saat itu. Mau tak mau, aku menghubunginya. Daripada aku seperti orang hilang pelanga pelongo tak jelas atau sok sok kalem kan, mending aku cari teman.

Akhirnya, atas arahan dari niko, aku menemukan titik kumpul kelompok KKN itu. Di taman adab, di sebelah perpuskatakaan ppusat universitas. Niko telah hadir terlebih dahulu.

Saat aku tiba di sana, pandanganku langsung tertuju pada salah seorang pemuda yang duduk dengan santainya layaknya seorang bos.

Dalam hati mulai berkata, "siapa sih orang ini? Kok sok banget sih gayanya".

Ternyata, saat saling bertanya nama, dia Iqbal. Mahasiswa yang bakal satu kelompok hidup bersama selama 45 hari di posko KKN mendatang.

Iqbal adalah calon politikus alias dia mahasiswa jurusan politik islam. Saat dia berbicara, dia tetap duduk dengan santainya. Membuat aku kesal, seolah tak menghargai orang yg sedang ada dihadapannya.

Dari gaya bicaranya aku tak suka, dia agak egois. Bicara tanpa menatap. Bukan etika yang baik.

Dalam teoriku, saat pertemuan pertama tak aku dapati chemistry baik dari seseorang maka itu adalah sebuah pertanda jikalau aku tak dapat akrab dengannya.
Namun, aku jg tak tau. Apa teoriku ini berlaku untuk si Iqbal ini? Entahlah ..

***

KKN akan segera di mulai.
Saatnya pembuktian teori ..

Semua tentangnya akanku ceritakan di sini.

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang