Sebuah foto, iya foto.
Foto dia dan calon kekasih halalnya.Belum lagi captionnya itu, ah sudahlah. Mood-ku berubah drastis hari itu.
Rasanya sesak. Ingin meluapkan isi di hati. Pengen curhat ke temen tapi rasanya tidak mungkin. Terlalu malu bagiku. Maklum, selama ini aku enggan berbagi masalah rasa dengan siapapun. Termasuk ke orang tuaku sendiri. Yah, aku adalah orang yang tertutup.Menyesal? Yah sedikit. Menyesal mengapa tidak berani mengungkapkan bahwa selama ini aku mencarinta. Aku tak seberani layaknya Khadijah, aku lebih memilih menjadi Fatimah yang memendam cintanya kepada Ali. Namun sayang, dia bukanlah Ali bagiku. Ada Ali lain yang Allah tulis di Lauhul Mahfuz untukku.
Tunggu, kok cinta?
Apa iya ini perasaan cinta ?
Huftt ...Positif saja. Dia bukan yang terbaik. Pantas saja, selama ini Allah tidak mempertemukan kami lagi. Dia untuk orang lain.
Dengan perasaan yang tak karuan itu, aku sempatkan untuk menuliskan komentar pada postingannya itu. Mungkin itulah awal dan akhir aku menghubunginya via media sosial.
"Kak, jangan lupa ngundang ya!"
Kira-kira begitulah kalimat singkat yang aku tulis di sana. Singkat memang, tapi sulit sekali melakukannya. Batinku berperang.Ingin rasanya ku ungkapkan segala rasa yang aku pendam selama ini. Tapi berkali-kali, bisikan-bisikan datang. Pada akhirnya, aku kembali memendam.
Bagaimanapun juga, gejolak hati ini tak dapat meredup. Tak mungkin juga aku melakukan itu. Aku tak mau. Tak mau nanti kalau-kalau dia nanti berbalik membatalkan wedding-nya gara-gara aku layaknya di sinetron. Hehe
Tak ada seorangpun yang dapat memberikan solusi terbaik, hanya diri kita yang tau. Solusi terbaik itu ada pada diri kita sendiri.
Lain orang, lain pula solusi. Disaat-saat gundah seperti iu, aku lebih memilih menyimpan rasa itu sendiri.Sebuah notes kecil, di atas meja mengalihkan perhatianku. Ya, menulis. Itulah caraku mengatasinya.
Mengapa aku memilih menulis? Jawabnya menulis itu hal yang menyenangkan, apa yang terjadi hari ini belum tentu bisa kita ingat selalu. Alih-alih ingin meluapkan rasa, siapa tau nanti apa yang kita tulis dapat menginpirasi kedepannya.
Ups, kok bahas nulis.
Kembali ke cerita.***
Dalam notes kecil itu, kuluapkan emosi yang bergejolak itu.
Kau tau apa yang aku tulis?
Baiklah akan aku ceritakan. Disana aku menulis ...Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Tak Pantas Aku Rindukan
Fiksi RemajaCerita ini hanyalah cerita biasa. Dengan masalah yang sering di jumpai. Tidak hanya aku, kamu juga pernah merasakannya.