BAB 7: Starmaker

0 0 0
                                    

"Selagi ada hal baik yang dapat di ambil, mengapa tidak untuk melakukannya?"

Kampus. Tempat yang kadang membuatku malas untuk membahasnya. Kalau sudah bicara soal itu, ujung-ujungnya pasti membahas skripsi.

Sebagai mahasiswa semester akhir, pembahasan terkait perskripsian kadang terasa memuakkan. Tak jarang mengguncang emosi.

Menulis skripsi butuh mood baik di dalamnya. Jika mood tak baik, percuma membuka laptop. Tetap gak berjalan juga. Planga plongo tidak jelas yang ada.

Hiruk pikuk dunia perskripsian memang menjadi beban bagi mahasiswa tingkat akhir sepertiku. Berita tentang bunuh diri akibat peskripsian sudah banyak tersebar.

Ini wajar. Aku tak menganggap ini sesuatu yang berlebihan. Aku juga merasa di posisi itu. Down, se-down-down-nya.

Pikiran untuk melompat dari ketinggian sempat terbesit. Untungnya masih bisa mengontrol diri.

***

Kehadiran seorang teman, cukup satu saja sangat penting dalam tahap ini. Meskipun kadang pemikiran tak sejalur, tak mengapa. Asal bisa mendapatkan teman yang siap mendengar kisah yang kita bagikan, itu sudah cukup. Masalah respon belakangan. Mendengarkan saja itu lebih dari cukup.

Bukan tipeku melakukan hal seperti ini. Membagi cerita,tentang apapun itu. Aku sangat menutup diri. Tapi, itu dulu.

Setelah beberapa waktu terakhir, aku sadar. Aku perlu membagikan kisahku. Khususnya kisah tentang drama perskripsianku.

Aku tahu, orang lain tak bisa memberikan solusi atas kegundahanku. Hanya diri sendirilah yang mengetahui bagaimana seharusnya bertindak. Cukup Allah saja yang jadi penolong. Curhatlah ke Allah, karena Allah pengatur segalanya. Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Curhat ke Allah itu hal wajib bagiku. Tempat pengaduan yang terbaik. Namun sebagai manusia yang penuh dosa, terkadang hati tak mudah berpuas saat semua keluhan tersampaikan. Masih selalu merasa ada yang kurang. Hati memang tak sabar menunggu respon dari Allah.

Seharusnya diri bisa lebih bersabar dan berinteropeksi diri, sudah sejauh apa ibadah yang di lakukan sehingga Allah mengabulkan semua dalam sekejap?

Sadarlah wahai diri. Lihat baik-baik dirimu. Sejauh apa tingkat ketaqwaanmu? ...

Astaghfirullahal 'adzim.

***

Teman. Dia juga punya kesibukan tersendiri. Padahal, aku perlu dia untuk mendengarkan keluh kesahku. Apalah daya, aku dan temanku kini sama sama butuh pendengar. Alhasil, tak dapat jua berbagi.

Jika teman tak ada, maka aku harus mencari cara untuk menetralisir rasa gundah ini. Aku butuh sesuatu. Sesuatu yang bisa menjadi pengalih rasa kejenuhanku akan drama panjang perskripsian ini. Saat itu, Aku terpikir untuk menyalurkan emosiku ini melalui bernyanyi (disamping curhat ke Allah). Ini bukanlah hal yang buruk. Aku juga bisa melampiakan emosiku.

Bernyanyi untuk mendatangi tempat karaoke langsung rasanya tak mungkin. Buang masa dan uang juga. Gak efektif. Akhirnya, jatuh kepada salah satu aplikasi yang berjudul Starmaker. Mengapa Starmeker? Aku pikir aplikasi ini user friendly, tidak terlalu besar, ada room chat-nya juga. Ide bagus nih penghilang penat.

***

Awalnya hanya ingin bernyanyi saja. Playback rekaman suara yang sudah dinyanyikan. Itu saja sudah senang dan terhibur. Bukanlah aku jikalau tidak suka mengeksplor menu yang ada. Aku coba satu persatu. Tak ada yang menarik sebenarnya sama seperti flatform media sosial lainnya. Ada satu hal menarik, ada menu room. Aku menjelajah ke sana. Beberapa kali aku menemukan room yang bertajuk sbuah kelompok.

Aku mulai mengamati kegiatan di sana. Rupanya, pada room dapat berbincang bebas. Kita dapat mengobrol dengan beberapa orang yang duduk di "kursi room". Satu orang sebagai admin alias si pembuat room. Dia punya kuasa atas roomnya. Bebas menurunkan dan membisukan orang yang ada pada "kursi room".

Awalnya, aku hanya mendengarkan saja. Obrolan terlalu absurd dan terkesan perkenalan random sesama pengguna starmaker yang kebetulan sedang menjelajah room. Aku menolak. Malah bergumam " Ih, apaan sih, gak faedah banget".

Room demi room aku masuki. Tibalah aku pada satu room yang berbeda dari lainnya. Nama room-nya unik. Mereka tidak mengobrol random. Mereka membahas suatu ilmu. Beberapa menit aku singgah di sana sebagai pendengar. Aku tertegun. Tak habis pikir ada orang-orang seperti mereka di aplikasi hiburan seperti ini.

Keesokan harinya, aku belum paham betul. Aku kembali mencari, berharap dapat singgah kembali pada room itu. Setelah sekian lama, aku temukan itu. Aku catat betul nama room itu, harap-harap besok langsung di cari saja tanpa perlu eksplor jauh.

Aku mendengarkan kegiatan mereka. Rupanya si pemilik room sadar bahwa aku sudah stay sejak lama pada room-nya. Aku di sambut hangat. Admin mengajakku untuk naik ke kursi. Sungguh, seorang introvert sangat canggung akan hal itu. Semua orang di room menyambutku, mereka mengajakku turut berpatisipasi dalam kegiatan mereka. MaasyaaAllah, senang bukan main. Aku mendapat geng baru yang bermanfaat.

Vespa Islami. Yah itulah room unik itu. Tak menyangka dapat menemukan manfaat didalamnya. Dapat menambah relasi teman dari luar kota, meskipun maya aku senang. Aku banyak belajar. Memahami karakter. Sungguh pengalaman luar biasa dan betul-betul menjadi penghibur.

Terimakasih telah menyambutku dengan hangat 🤍

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang