Kau tau apa yang aku tulis?
Di sana aku menulis ..***
Sedikit kilas balik.
Hari itu, aku benar-benar kecewa sungguh kecewa.
Pikiran dan hati tak mau menyatu. Mungkin ini yang dinamakan galau.Makanan yang masuk ke mulut tak berasa. Namun tetap aku paksakan. Akhirnya, selera makanpun benar-bener hilang.
Sendiri aku termenung di dalam kamar kecilku. Meratapi kekecewaan. Sedih sekali rasa hati. Gundah, tak tau arah kemana jalan pikiranku saat itu.
Menepi dan menyepi. Itulah pilihan terbaik.
Aku ingin menangis, tapi aku malu. Malu, karena aku tak punya alasan untuk itu. Setelah sekian menit aku menahan, akhirnya aku menangis juga. Tak dapat lagi membendung air mata.
"Sudahlah, mengapa aku menangis? Ini bukanlah diriku. Kemana diriku yang tegar itu?", teriak batinku.
Mencoba menenangkan diri. Ku tulis sebuah surat tanda perpisahan.
" Assalamu'alaikum, kak. Apa kabarmu? Semoga selalu sehat ya sampai hari H nanti. Oh ya kak, aku ingin mengatakan sesuatu.
Sudah hampir setahun aku mengenalmu. Beberapa hal pernah aku lalui bersamamu. Aku masih terlalu lugu untuk semua hal yang telah kau lakukan.Masih ingatkan? Waktu itu kita pernah jogging bareng bersama teman-teman yang lain. Di sana dirimu mulai menunjukkan perhatian kepadaku dan aku langsung baper. Belum lagi saat aku hendak pulang, dirimu menawarkan diri untuk mengantarku padahal aku sendiri bawa motor kala itu. Beberapa kali dirimu selalu seperti itu, di setiap aku hendak pulang.
Ada lagi, malam itu saat aku main ke rumah temanku Rindang, dirimu tiba-tiba datang tanpa aku sadari dan mulai lagi bertingkah aneh kepadaku. Hingga memaksa ingin mengajakku makan bersama nasi goreng di pinggir jalan, sayangnya aku tidak tertarik. Saat itu aku sangat malu hingga lebih memilih untuk pulang.
Yang lebih lagi, dirimu pernah mengirimkan pesan kepadaku berupa pertanyaan yang belum pernah seorang pria tanyakan kepadaku selama ini (maklum jomblo akut hehe).
Terus terang aku sangat gelisah malam itu. Kau membuat tidurku tak nyenyak malam itu.Saat itu, aku lebih bertahan dengan prinsipku sebagai jomblo. Maaf telah menjawab seperti itu, karena aku rasa cinta saat itu masih ku anggap sebagai hal yang tabuh.
Mungkin kau akan mentertawakan sikapku ini. Sikap yang sangat mudah baperan. Terlalu mudah untuk di goda dengan hal kecil saja. Aku terlalu menganggap lebih setiap perlakuanmu. Padahal, mungkin setiap wanita kau perlakukan sama sepertiku.
Tapi meskipun begitu,
terimakasih untuk semua yang sikap yang kau perbuat. Terimakasih telah sukses membuatku baper. Terimakasih juga telah memberiku sedikit pengharapan. Aku hanya suka dengan caramu memperlakukanku. Terimakasih. Itu saja.
Mungkin juga saat itu aku dianggap sebagai pelarian atau tempatmu untuk menghibur diri dari pahitnya diputuskan oleh kekasihmu.
Terimakasih, telah memberikan pengalaman itu.Kini, kau akan menikah.
Menikahlah.
Senang rasanya, akhirnya pencarianmu selama ini akan berakhir. Meskipun aku sedikit sedih, saat mendengar kabar itu. Mungkin aku hanya merasa kehilangan saja.
Penantianku berakhir. Ingatlah aku sebagai temanmu.
Terakhir,
barakallahulakuma wabaroka 'alaikuma wajama'a baina kuma fil khoir ... "***
Air mata bercucuran. Terlalu menghayati penderitaanku sendiri.
Sempat terlintas ingin mengirimkan surat itu kepadanya, tetapi aku urungkan. Ini tidaklah penting. Biarkan diriku saja yang tau, dia tak perlu tau.
Biarlah menjadi sebuah kenangan. Kenangan untuk mengenang betapa bodohnya diriku.
Saat penantianku telah berakhir, akan ada do'a yang aku curahkan untuk menutup masa itu untuk dia kepada Rabb-ku.
Mungkin, akan ku akhiri dengan sebuah do'a sebuah ungkapan rasa syukur karena bersama dia dalam suatu ikatan halal atau mungkin akan ku akhiri dengan do'a itu. Jikalau do'a itu yang nantinya akan terucap menjadi akhir, tidak mengapa.
Dan benar saja, do'a itu kini telah terucap. Seperti yang aku katakan, tidak mengapa. Aku akan lanjutkan hidup seperti biasa.
Aku tak perlu kecewa. Masih ada Allah tempatku berharap.
"Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kau berharap" (Q.S. Al-Insyiraah : 8)
Dan pada akhirnya, dia tak pantas aku rindukan.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Tak Pantas Aku Rindukan
Teen FictionCerita ini hanyalah cerita biasa. Dengan masalah yang sering di jumpai. Tidak hanya aku, kamu juga pernah merasakannya.