BAB 3: Comblang (?)

23 1 0
                                    

Mak comblang.
Sebutan yang sering aku dengar. Dulu, saat aku masih berada di bangku sekolah menengah dan hingga sekarang. Mungkin, ini semacam kegiatan jodoh-jodohan. Dimana dua orang yg akan di jodohkan tak tahu satu sama lain. Mungkin layaknya sebuah pemaksaan. Ya jikalau beruntung, bisa lanjut. Jikalau tidak, ya sudah stop sampai di situ.

***

Tidak tertarik sedikitpun akan hal itu dan tak pernah terpikir jika suatu saat nanti aku sendiri yang akan mengalaminya.

Entahlah. Terlalu rumit untuk di pikirkan.

***

Beberapa minggu yang lalu, saat mampir ke warung bakso, pamanku tiba-tiba berbicara tentang seseorang.
Kebetulan pamanku adalah pemilik warung tersebut. Sudah 1 tahun belakangan ini, beliau merintis karirnya menjadi seorang pengusaha bakso ayam.

Kami bertetangga. Meskipun begitu dekat, kami sangat jarang bertemu. Akupun juga tidak setiap hari makan bakso di sana, jika sedang mood barulah aku mampir.

Saat itu, sembari menunggu paman membungkus bakso yang aku beli aku duduk di kursi tak jauh dari paman. Memang suasana saat itu memang sepi, karena hujan baru saja mereda.

Tanpa pengantar apapun, paman tiba-tiba saja mengajakku ngobrol.

"Ada yang ngechat kamu tidak di facebook atau whatsapp?"

"Hah ? Iyaaa.. ada lah. Temenku. Ada apa paman?" Jawabku kaget.

"Atta bukan namanya?"

"Ya bukan paman, Atta siapa? Aku tidak punya temen namanya Atta"
(Pasti kalian mikir ini Atta halilintar kan, mohon maaf bukan ya haha ..)

"Eh, berarti belum ya. Jadi gini, ahad sore kemarin ada temen paman main kesini. Saat itu, saat kami asyik mengobrol kamu baru pulang. Karena lihat kamu, paman langsung aja nyeritain kamu ke temen paman."

"Oh iya ya paman, betul memang ahad sore kemarin abis dari rumah temenku paman"

"Oh iya, dia masih muda, sama seperti kamu masih kuliah juga di Universitas daerah sini juga. Dia juga mengajar privat bahasa Inggris di sana. Pinter deh pokoknya. Jadi, paman bilang ke dia, itu yang barusan lewat tadi keponakanku. Mahasiswa tingkat akhir jurusan matematika di UIN. Pokoknya kalau masalah hitung-hitungan jago banget"

"Oalah .."

"Eh terus si Atta bilang, wah keren tuh. Bolehlah kalau mau belajar matematika. Yaudah, tanpa pikir lagi paman bilang ke dia, ini facebook dan nomor whatsapp keponakanku. Kalau mau nanya nanya masalah matematika langsung aja kontak dia. Mungkin kalian akan nyambung kalau ngobrol, secarakan sama sama anak kuliahan", sambung paman.

Ternyata, dari dalam rumah bibi mendengar obrolan kami. Bibi pun angkat bicara.

"Iya, bener tuh. Ah bibi rasa kalian sepertinya bakalan cocok deh", celoteh bibiku.

***

Aku terdiam. Dalam hati, kok ya paman tidak ngomong terlebih dahulu ke aku. Main seenaknya memberikan orang lain kontak pribadiku.
Hmmm...
Belum lagi, si bibi yang juga ikut-ikutan. Apa ini suatu sindikat perjodohan ?

Yaa Rabb..
Ra mudeng hamba-Mu.
***

Sedikit cerita, pamanku yang satu ini memang orang yang sedikit gaul di antara paman pamanku yang lain. Suka eksis di media sosial, terutama facebook. Ya maklum, akhir-akhir ini banyak ibu-ibu ataupun bapak-bapak dari generasi lama yang baru mengenal dunia maya. Dan facebook-lah yang digandrungi. Mungkin, bagi anak-anak generasi milenial facebook sudah ditinggalkan. Mereka lebih memilih instagram, twitter ataupun media sosial lainnya yang lebih update. Balik ke pamanku lagi.
Selain eksis di facebook, pamanku juga eksis di dunia nyata. Ia banyak mempunyai teman, mulai dari anak muda sepertiku hingga abah-abah. Selagi mereka nyambung dengan pamanku, tentunya menjadi teman.

***

"Ini sudah siap baksonya"

"Oh iya paman, ini uangnya. Terimakasih."

Akupun sesegera mungkin beranjak dari sana. Perasaanku tak karuan. Mau marah tapi ya bagaimana. Ah sudahlah, terima saja. Positif saja, mungkin nanti jikalau dia benar-benar berteman denganku syukurlah. Bisa bantu aku menerjemahkan jurnal bahasa Inggris referensi skripsiku atau mungkin abstrak skripsiu nanti. Lumayan ..

Tapi jujur, aku deg deg-an.

***

Sudah beberapa hari berlalu sejak obrolan itu berlangsung. Aku masih saja deg deg-an. Aku bingung nanti jikalau benar dia menghubungiku, aku harus bagaimana. Duh..

***

Sepekan telah berlalu,
Ada pesan baru masuk di whatsapp-ku.

Kau tau itu siapa ?

Iya..
Dia.





Bersambung ...

Note:
Cerita ini terjadi pada bulan februari kemarin, sebenarnya sudah aku tulis juga pada bulan februari juga di wattpad ini. Namun, belum sempat aku publish karena aku pikir cerita ini belum selesai. Sampai semua part terselesaikan barulah aku publish.

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang