"Berharap itu adalah suatu hal bodoh yang manusia lakukan kepada manusia lainnya. Padahal sudah jelas, hanya kepada Tuhan-mulah tempat kamu berharap"
Sejak kejadian saat itu, aku lebih sering membuka instagram. Tak jarang, aku mengunjungi akunnya. Tanpa sadar, saat aku menjelajahi feed instagram-nya, tombol like tersentuh. Secara cepat aku membatalkannya. Ah ... Aku sudah gila.
Rasanya, ingin sekali aku mengirimkan pesan kepadanya. Aku ingin menanyakan niatannya waktu itu. Aku ingin menanyakan pertanyaan Bu Reni waktu itu. Aku telah memberikan respon, namun dia belum juga memberikan respon. Ini membuatku bertanya, apakah salam yang di titipkan waktu itu benar darinya? Atau hanya tipuan semata dari orang yang suka menjodoh-jodohkan aku dan dia?
Ah... baperan sekali! Seharusnya aku tidak seperti ini. Mulut terkadang tak dapat berimbang dengan hati. Mulut berucap sangatlah bijaksana, namun hati cenderung memaksa. Aku akui, aku terlalu excited pada masa itu. Tapi ...
He is the first yang telah menganggapku ada.
He is the first yang telah berani mengatakan itu meski hanya lewat seseorang dan aku tak tahu kebenaran dibaliknya
He is the first yang membuat hati berharap lebih banyak.
He is the first yang membuatku berani merekomendasikan ta'aruf kepada murabbiku.
He is the first yang menjadi nama yang aku sebut dalam do'a kepada rabbku waktu itu.
***
Ekspektasi kadang tak sesuai realita. Berharap kepada manusia berujung kekecewaan. Aku menggantungkan harapan kepada rabbku.
"Yaa Allah ..., jika memang dia jodohku, maka permudahlah dia untuk menghalalkanku"
Itu saja pintaku, sebagai penghibur hati karena pengharapan yang berlebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Tak Pantas Aku Rindukan
Teen FictionCerita ini hanyalah cerita biasa. Dengan masalah yang sering di jumpai. Tidak hanya aku, kamu juga pernah merasakannya.