BAB 7: Manusia Random

0 0 0
                                    

"Apa yang terjadi semuanya atas kehendak Sang Pemilik Jiwa. Qodarullah, semua menjadi misteri bahkan tak pernah di sangka."

***

Room yang nyaman, dipenuhi orang-orang asing namun satu tujuan. Ngobrol santai selepas tadarus bersama. Saling sapa meski tak pernah memandang. Perlahan aku mengenal satu persatu anggota pada room tersebut. Sungguh asyik. Meskipun dominan orang jawa yang menjadi pengisi room tersebut, aku nyaman. Tidak rasis ataupun takut ngobrol hanya karena aku yang berasal dari Sumatra.

Tak jarang juga ada orang baru yang singgah, namun tidak untuk menetap. Hadir sehari setelahnya menghilang. Ada pula yang jarang hadir, tapi orang-orang mengenalnya. Ternyata dia anggota spesial, yang suka berbagi ilmunya. Adapula yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berbagi setiap harinya. Bahkan, beliau sampai membuat komunitas pada salah satu aplikasi chatting.

***

Kak Fandi, salah satu anggota tetap yang rutin mengikuti kegiatan tadarus di room. Dia orang Surabaya. Orang yang cukup asyik. Bahkan berlanjut chat pribadi ke nomor teleponku. Kami banyak mengobrol. Berbagi aktifitas harian. Pernah juga Kak Fandi mengajakku mengobrol via telepon. Mulai tidak beres nih ... Haha.

Jelas saja, maksud Kak Fandi dapat aku tebak dengan mudah. Sebelum jauh, cut sajalah. Kejam? Tidak juga. Ini caraku untuk memproteksi diri. Aku yang saat itu hanya suka berteman untuk memperbanyak relasi terutama dengan orang luar kota. Aku suka itu, harap-harap nanti saat aku main ke kota tersebut, aku bisa mendapat guide gratis. Hehe ... Aku alihkan obrolan yang tidak wajar bagiku. Bahkan aku pura-pura sibuk. Aku tahu betul, kegiatan seperti itu tidak bagus bagi hati dan pikiran. Alhamdulillah, Kak Fandi sadar. Dia berhenti. Akupun selamat. Haha ...

***

Ada juga Kak Alan. Pria dewasa yang baru saja bergabung di room dan grup chatting tiba-tiba melakukan hal yang sama seperti Kak Fandi. Ah, bahkan ia lebih ekstrim. Awalnya ia menyapa. Mengatakan bahwa ia adalah anggota baru. Ia meminta agar aku menyimpan nomornya. Ya sudah, tidak masalah. Tidak ada lagi obrolan setelahnya.

***

Beberapa hari berlalu, aku lupa jika Kak Alan sudah menjadi bagian kontakku. Beberapa kali aku menggunggah story di aplikasi chatting, dia selalu saja berkomentar. Berkomentar yang mulai mengarah. Awalnya dia berkata kalau dia tertarik dengan aku. Dia memperhatikan lebih caraku bertilawah. Dia suka.

Argh ... Apalagi ini? Hadeuh ... Ada-ada aja.

Kak Alan rupanya seorang qori'. Dia lulusan magister di universitas islam negeri. Istrinya sudah meninggal. Kak Alan menghibur dirinya dengan bernyanyi pada aplikasi Starmaker ini, tak sengaja menemukan room spesial didalamnya. Itu spekulasiku saja, tidak tahu bagaimana yang sebenernya.

Kerap kali Kak Alan mengomentari story-ku, aku berusaha merespon seadanya agar ia tak sakit hati karena ia orang baru. Aku menahan diri untuk tidak ketus.

Rupanya, aku salah besar. Dia melakukannya terus menerus. Bahkan pernah berkomentar dengan kalimat yang membuatku mikir, apasih nih orang? Sampai pada suatu ketika dengan lantangnya ia berkomentar "Ana Uhibbuki Fillah".

Laahawala walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim. Ya, Allah. Mimpi apa aku semalam sampai sampai dapat kejutan seperti ini? But calm down. Jangan langsung di counter attack, ajak bercanda dulu. Benar saja, aku berhasil mengalihkan pembicaraan. Aku tidak yakin dengan ucapannya itu. Seorang temanku sudah pernah berkata kalau dia adalah playboy cap kucing. Sangat bermudah-mudah dalam berkata. Kemudian melupakan begitu saja. Tidak tahu kalau lawan bicaranya punya sudut pandang yang berbeda. Jadi ketar ketir dong. Ada saja dramanya.

***

Dua kejadian ini, betul-betul membuatku belajar bahwa di tempat yang baik tidak semua orang baiknya sama. Ada juga orang baik yang aneh. Akupun menjadi aneh, jika mengikuti alur mereka. Ini hanya dunia maya. Dunia online. Jadikan hiburan, jangan di anggap serius. Kita tidak tahu bagaimana kehidupan orang yang kita kenal di dunia online saja pada saat ia hidup di dunia offline. Positif saja, mungkin dia butuh hiburan. Hehe ...

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang