Hari ini aku melihat instastory Zia. Zia adalah sahabatku di bangku kuliah. Aku sering main ke kost-an Zia untuk makan bersama bahkan tidur menunggu jam kuliah berikutnya. Bahkan sudah dua kali, aku ikut Zia pulang ke kampung halamannya, menginap di sana selama beberapa hari.
Kami juga saling mengingatkan dalam keta'atan. Kebetulan kami punya guru ngaji yang sama. Kami seeing berbicara bersama.
Semenjak kuliab usai, kami tak lagi bertemu. Berkirim pesanpun juga sangat jarang. Ada hal tertentu saja baru saling berkabar.
Zia dan aku tak pernah pacaran. Jadi, kami paham betul arti menunggu. Menunggu ditemukan oleh sang pangeran. Aku ingat betul, saat itu saat menginap di rumah Zia, sebelum tidur kami bercakap.
"Kak, Indah sebentar lagi halal. Kita kapan ya?"
"Haha, Zia, Zia. Semoga Allah pertemukan kita dengan jodoh kita masing-masing di waktu yang tepat. Tentunya, terbaik menurut veesi-Nya"
"Aamiin. Hahaha .."
Kami tertawa bersama. Tak lama Zia melanjutkan percakapan.
"Kak, kakak pernah gak kak di deketin atau ada yang naksir ke kakak?"
"Haha, ih Ziaa. Random banget"
Seketika percakapan menjadi serius.
"Beneran kak ini aku nanyanya loh!"
"Baiklah. Hmmm, gak ada sih. Belum ada orang yang mau sama kakak, mereka ngeri kali kakak sering bawa busur panah, hehehe"
"Ish ish ish, kakak mah. Gak lah kak. Belum aja tuh"
"Zia sendiri? Adakah yang deketin?"
"Ada sih kak kemarin. Tapi aku takut. Dan juga kakak tau sendiri, aku anak satu satunya perempuan. Kakak laki-lakiku ada lima. Jadi aku langsung nganduin ke kak Sandi. Kak Sandi langsung nyelidikin. Ternyata kak, dia bukan orang yang baik. Kak Sandi bilang gak usah. Yaudah deh gak jadi, hehe ..."
"Laaah ... Iya juga yaaa. Panitia penyeleksi jodoh Zia banyak hehe. Pokoknya kita saling do'ain yaa Ziaa"
"Iya kan, do'akan yaa kak. Nanti kakak datang yaa ke acaraku. Pokoknya harus mudik lagi ke sini, jangan acara Indah saja kakak mudik. Akupun demikian, InsyaaAllah nanti bakal ke Palembang kalo kakak nikah"
"Aamiin, allahumma aamiin. Bismillah, semoga Allah permudah kita, Zia. Aamiin"
***
Tak disangka, percakapan kita hampir delapan bulan yang lalu di ijabah oleh Allah. Kemarin, hari engangement Zia. Aku lihat calonnya Zia, nampaknya dia pria yang baik. Aku sangat terharu. Rasanya air mata tak dapat terbendung lagi. Zia tak mengabarkanku. Zia memberikan suprise yang tak terduga.
Aku langsung protes.
"Oh jadi pesan kemarin yang di hapus itu kabar lamarannya zia. Kemapa sih zia malu? Kakak sangat terharu dan turut bahagia atas lamaran Zia""Kakak sih, lama banget balesnya"
Terlepas dari itu. Aku bahagia. Zia kini telah ditemukan oleh pangerannya. Dalam hati bicara, "Zia sudah yaa Allah, aku kapan?"
Ketar ketir ia. Mengingat teman satu persatu sudah pada nikah semua. Tapi aku percaya apa yang telah Allah takdirkan untukku takkan pernah melewatkanku.
Jika waktunya sudah pas, dia akan datang dengan sendirinya. Betulkan, yaa Allah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Tak Pantas Aku Rindukan
Teen FictionCerita ini hanyalah cerita biasa. Dengan masalah yang sering di jumpai. Tidak hanya aku, kamu juga pernah merasakannya.