/i never knew a better sound than my name on your lips/
💠💠💠"Heh, urusin PR gue dong!" perintah seorang laki-laki bertubuh tambun sembari melempar sesuatu ke meja Leon. Itu Andrew, si biang masalah kelas 12-3.
Cowok berkacamata yang tadinya sedang serius menulis rangkuman Biologi itu, tersentak begitu buku tulis yang dilemparkan Andrew mendarat tepat di mejanya. Alhasil, ada coretan pena yang panjang di catatan Biologinya akibat tersenggol buku Andrew.
Leon tampak memejamkan matanya sejenak, seperti mengumpulkan sisa-sisa kesabarannya. "Tolong, kerjakan PR kamu sendiri," ucapnya pelan, namun penuh penekanan.
Andrew dibuat terbahak oleh ucapan Leon barusan. "Lo semua denger dia ngomong apa? Udah mulai berani dia, ya!" cowok tambun itu bertanya pada seisi kelas. Tentu saja segera disambut dengan tawa takut-takut dari penghuni kelas 12-3. Siapa juga yang berani melawan Andrew?
"Cukup! Kalau kamu terus-terusan seperti ini, saya bakal lapor ke wali kelas," ancam Leon dengan suara bergetar.
"Yah, si banci. Gitu aja ngadu ke wali kelas segala. Yakin itu yang di bawah masih batang?" Tawa Andrew terdengar semakin keras.
Hilang sudah kesabaran Leon. Cowok itu memutuskan untuk merapikan buku-bukunya di atas meja dan menyimpannya di dalam tas.
"Ngapain lo? Masih nggak mau ngerjain tugas gue?" Nada bicara Andrew berubah menantang.
Leon bergeming, tak menanggapi pertanyaan Andrew. Ia beranjak dari kursi sambil menyandang tas ranselnya di punggung. Ia berjalan melewati Andrew dan berhenti sejenak untuk melemparkan buku tulis milik si tambun itu. Satu kelas dibuat menganga melihat tingkah Leon yang terbilang cukup berani.
Belum sempat Andrew melancarkan protes, guru Biologi mereka—yang juga wali kelas 12-3—masuk ke kelas itu diikuti seorang gadis yang berseragam sekolah lain. Bu Monica mengernyit begitu menyadari suasana kelas yang sedikit tegang. Semua murid segera duduk rapi di bangkunya masing-masing, terkecuali Leon yang masih berdiri sambil menyandang tasnya.
"Ada apa ini?" tanya Bu Monica.
Netra Leon mengarah ke Andrew yang kini memasang raut mengancam, takut-takut dirinya jadi melapor pada Bu Monica. Seperti tak peduli, kaki-kaki panjang Leon melangkah ke arah wali kelasnya.
"Bu, maaf. Saya tidak bisa melanjutkan pelajaran hari ini. Ini tugas Biologi saya," ia menyodorkan buku tugas Biologinya kepada Bu Monica. Begitu wanita berusia akhir 30-an itu menerima bukunya, Leon berpamitan. "Saya permisi, Bu,"
Bu Monica kembali mengernyit heran melihat muridnya yang paling genius itu bertingkah aneh. Setelah Leon keluar dari kelas, beliau duduk di meja guru dan bertanya pada murid-muridnya.
"Leon kenapa? Kalian ganggu?"
"Tidak, Bu..." Satu kelas menjawab kompak.
"Ya, sudah. Besok saja saya tanyakan," Bu Monica menatap gadis yang datang bersamanya tadi dan memintanya berdiri di depan kelas. "Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Spanyol. Sheryl, silakan perkenalkan diri kamu,"
"Sherylia Kayana," Gadis itu memperkenalkan dirinya dengan begitu singkat juga tanpa ekskpresi. Menyadari atmosfir kelas yang menjadi canggung, Bu Monica menyuruh Sheryl untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Teen FictionSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel