35 - Simple Goodbye

350 56 7
                                    

/am i that easy to forget? am i that easy to let go?/
💠💠💠

Leon tak bisa mengalihkan tatapannya dari keributan kecil di depan sana, bahkan setelah lagunya usai.

Entah kenapa, Sakha dan Ivana berkali-kali dibuat terkejut dan gelisah sejak Sebastian mendatangi mereka. Apa yang sedang mereka bicarakan? Bahkan Ivana sampai terlihat kesal dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari hall.
Sakha buru-buru menyusulnya, namun sebelum itu ia sempat melirik ke arah Leon dengan tatapan... bersalah mungkin? Entahlah, yang pasti Leon dibuat penasaran karena tingkah teman-temannya itu.

Setelah berucap terima kasih, cowok itu buru-buru turun dari panggung. Berniat mendatangi Sakha dan Ivana untuk menanyakan apa yang terjadi, namun langkahnya terhenti saat dihadang seorang gadis yang dikenalnya. Itu Jihan. Gadis itu tersenyum tipis sambil membawa sebuah buket bunga di tangannya.

"Buat Kak Leon," ujarnya sambil menyerahkan buket bunga itu.

"Oh, makasih. Nggak perlu repot—"

"Itu dari Kak Sheryl," potong Jihan cepat.

Leon mengernyit, kaget bercampur heran, namun tetap menunggu adik kelasnya itu memberi penjelasan.

"Kemarin Kak Sheryl nyuruh gue buat ngasih ini ke Kak Leon. Hadiah perpisahan, katanya. Kak Sheryl juga minta maaf karena nggak pamit langsung ke Kak—"

"Sheryl kemana?" potong Leon cepat. Rautnya sontak berubah panik dan gelisah.

"Hari ini Kak Sheryl berangkat ke Madrid sama Ayah dan calon ibu tirinya," jelas Jihan, lirih dan nyaris tak terdengar.

Mendengar itu, benak Leon seperti dihujam ribuan batu. Mulutnya terbuka sedikit, terlalu terkejut sampai tidak tahu harus berkata apa. Dihirupnya oksigen dalam-dalam sambil mengacak rambutnya sendiri, berusaha mencerna penjelasan gadis di hadapannya barusan.

"Tunggu, tunggu," Leon berujar setelah beberapa detik terdiam untuk berpikir. "Sheryl nggak ngomong apa-apa ke gue, Han. Tolong bilang kalau yang lo jelasin barusan itu cuman bercanda,"

"Gue serius, Kak. Gue juga syok waktu Kak Sheryl tiba-tiba pamit dan minta tolong ke gue supaya jelasin semuanya ke Kak Leon. Tapi ini semua keputusan dia, gue nggak bisa berbuat apa-apa,"

Karena diliputi rasa bingung dan kesal, Leon mencengkeram erat bahu adik kelasnya itu. Ditatapnya Jihan lurus-lurus, kembali meminta keseriusan atas penjelasan tadi. Tentu saja yang ditatap ketakutan setengah mati, tak tahu harus menjelaskan bagaimana lagi supaya Leon mempercayainya.

"Heh, lepasin tangan lo dari adek gue!"

Sebastian tiba-tiba saja menghampiri mereka dan segera menepis kasar tangan Leon yang mencengkeram bahu Jihan. Akibat seruannya itu, beberapa siswa yang tadinya kembali sibuk menikmati acara menjadi heboh dan membentuk kerumunan untuk melihat apa yang terjadi.

Leon yang sudah kalut karena emosi, ganti meraih kerah jas hitam Sebastian. Matanya menyipit, menatap cowok di hadapannya dengan penuh selidik. "Sheryl mana?" tanya Leon, penuh penekanan.

"Yang dibilang Jihan tadi kurang jelas buat lo?" Sebastian balas bertanya dengan berani.

"Cukup jawab pertanyaan gue. Sheryl dimana?" ulang Leon. Nada bicaranya kian meninggi, seperti tak peduli kini dirinya dan Sebastian menjadi tontonan teman-teman seangkatan.

"Sheryl udah berangkat ke Spanyol. Masih kurang jelas?"

Leon bergeming, masih tak percaya walau yang dikatakan kakak-beradik itu sudah sangat jelas. Sheryl tak ada di sini. Gadis itu sudah pergi, begitu jauh darinya. Tanpa pamit, tanpa mengucapkan apapun sebelumnya. Leon tak habis pikir, bagaimana bisa Sheryl meninggalkannya begitu saja? Saat ini, ia merasa sangat dungu karena menjadi orang terakhir yang tahu soal keberangkatan gadis itu. Perlahan, cengkeramannya di kerah jas Sebastian terlepas.

Pandora✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang