/she was everything real in a world of make-believe/
💠💠💠"Dingin?" tanya Leon super pelan, namun bisa ditangkap oleh indera Sheryl.
"Nggak," jawab Sheryl sekenannya. Refleks, ia meremas jaket di pangkuannya ketika tanpa sengaja melakukan kontak mata dengan Leon lewat spion motor.
Tadi, sebelum berangkat dari rumah Ivana, jantung Sheryl sukses dibuat meloncat-loncat tak keruan saat Leon tiba-tiba saja mengikatkan jaketnya di pinggang Sheryl-guna menutupi roknya yang lumayan pendek. Katanya supaya gadis itu bisa duduk di motor dengan nyaman. Entah modus atau bukan, Leon menyuruh Sheryl duduk menyamping karena tidak mungkin ia duduk dengan posisi biasanya dengan rok span itu. Jadi mau tak mau, saat ini Sheryl harus berpegangan erat di pinggang Leon.
"Gue nggak pede ketemu sama keluarga lo, Le," ungkap Sheryl jujur ketika mereka berhenti di lampu merah.
"Kenapa?"
"Ya, grogi aja. Pengalaman gue tuh betulan nol besar. Gue nggak pernah main ke rumah temen sebelum lo, apalagi ketemuan sama orang tuanya,"
"Bagus, dong. Berarti gue yang pertama," jawab Leon santai.
Setelah itu, percakapan mereka berakhir hingga motor Leon memasuki pekarangan rumahnya. Setelah motor terparkir, Sheryl menghela napas dalam-dalam sebelum mengikuti Leon yang sudah lebih dulu naik ke teras rumah. Ketika tiba di ruang tamu, keduanya bisa melihat seorang gadis cantik berusia dua puluh tahunan tengah menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Sheryl langsung berasumsi kalau gadis itu kakak perempuannya Leon karena mereka berdua terlihat sangat mirip.
"Kak Tania!" panggil Leon.
Sang kakak, Tania, berdiri begitu menyadari adik bungsunya tiba. Segera dihampirinya Leon dan dipeluknya erat-erat. Cowok itu segera membalas pelukan sang kakak yang sudah bertahun-tahun tidak ditemuinya dengan tak kalah erat.
"Udah lama banget ya, Dek," Tania melepaskan pelukannya dan langsung menepuk bokong Leon perlahan. Sang adik meringis malu karena kebiasaan jahil kakaknya itu.
Melihat interaksi keduanya, tanpa sadar Sheryl terkekeh. Membuat Tania menyadari keberadaannya seketika itu juga.
"Siapa, Le? Pacarmu?" tanya Tania setengah berbisik pada adiknya.
"Masih temen, belum pacar. Cantik, ya?"
Pipi chubby Sheryl merona samar. Dengan sedikit canggung, ia mengulurkan tangannya untuk mengajak Tania berkenalan. "Sheryl, Kak. Temen sebangkunya Leon,"
"Tania," Uluran tangan Sheryl segera disambut hangat oleh Tania. "Cantik, Le. Pinter banget kamu milih gebetan," godanya pada si adik.
Leon menepuk dadanya bangga, namun sedetik kemudian matanya mulai mencari ke sekeliling. "Mama Papa mana?"
Senyum yang sedari tadi menghiasi wajah Tania seketika menghilang, berganti raut bersalah. Tentu saja Leon dan Sheryl langsung menangkap perubahan raut itu.
"Mana, Kak?" Pertanyaan Leon semakin menuntut.
"Maaf, Le. Papa sama Mama sibuk, jadi nggak bi-"
"Lagi?" potong Leon diikuti kekehan hambar. "Sibuk lagi? Nggak ada alasan lain apa? Saya sampai bosan denger alasan mereka, Kak,"
"Mereka sibuk juga buat kepentingan kamu, Leon,"
Leon berdecih. "Kepentingan saya, ya? Kalau mereka mikirin kepentingan saya, kenapa dulu mereka dengan teganya mereka ninggalin bocah SD sendirian di rumah ini dan pergi ke luar negeri tanpa pernah ngasih kabar? Kenapa cuman Kak Tania yang diajak? Apa sebegitu malunya mereka punya anak yang freak dan lemah fisik kayak gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Novela JuvenilSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel