/when i follow my heart, it leads me back to you/
💠💠💠Sheryl melangkah perlahan melewati genangan air menuju halte. Otaknya masih bekerja keras, memikirkan apa maksud Leon yang tiba-tiba memberikannya payung dan malah berjalan di bawah hujan deras tanpa penutup selain hoodie. Maksud Sheryl, kalau cowok itu berniat menolongnya, kenapa tidak sama-sama memakai payung ini? Toh, payung ini cukup besar untuk dua orang.
"Ah, nggak, nggak. Kan, gue niatnya mau ngejauh," Sheryl bermonolog dan menggeleng-gelengkan kepala, berharap bisa berhenti memikirkan Leon.
Namun saat Sheryl kembali menatap ke halte yang ditujunya, boleh dikatakan objek yang dipikirkannya sejak tadi itu panjang umur. Ada Leon yang sedang duduk diam dengan kondisi basah kuyup di halte yang kosong. Saat hendak berbalik ke sekolah karena tak mungkin ia duduk di halte berdua dengan Leon, cowok itu menoleh dan melihatnya.
Sheryl merutuk dalam hati. Akhirnya ia memutuskan untuk meneruskan langkahnya. Pasti kentara sekali kalau Sheryl menghindar jika ia berbalik ke sekolah setelah Leon memergokinya. Ia duduk cukup jauh dari cowok itu. Demi Tuhan, Sheryl dibuat risih sekali karena sejak ia melangkah ke halte hingga duduk diam seperti saat ini, Leon begitu terang-terangan menatapnya.
Dengan keberanian yang hanya secuil, Sheryl menoleh untuk bertanya. "Kenapa lihat-lihat?"
"Nggak boleh?" Leon balas bertanya, tanpa ekspresi. Sheryl hanya ber-oh ria dan mengalihkan tatapannya dari Leon. Hanya mendapatkan jawaban sesingkat itu, Leon lanjut berbicara. "Itu payung gue—"
"Ini, makasih," potong Sheryl sambil melempar pelan payung milik Leon itu.
"Padahal gue mau bilang kalau payungnya buat lo aja, nggak usah dikembalikan," jelas Leon setelah menangkap payung itu.
Sheryl meringis menahan malu, ganti menatap kedua ujung sepatunya yang sedikit kotor karena tadi ia menapaki genangan air. Hening cukup lama, yang terdengar hanya rintik hujan dan suara kendaraan lewat.
"Sampai kapan mau jauhin gue?"
Pertanyaan Leon barusan sukses membuat Sheryl gelagapan sendiri.
"G-gue nggak ngejauh, kok!"
"Terus, ini apa namanya?" Cowok itu menunjuk jarak di antara tempat mereka duduk.
"Gue lagi pengen duduk di sini aja," jawab Sheryl asal. Alasan super bego, Sher, rutuknya dalam hati.
Leon berdeham panjang. "Gue minta maaf soal yang kemarin. Gue nggak tahu kalau waktu itu bikin lo tambah nggak mood. Gue sadar kok, harusnya gue ngehibur bukannya malah nyalahin lo,"
Sheryl bergeming. Nada bicara Leon benar-benar terdengar... entahlah. Frustasi? Putus asa? Atau mungkin saja keduanya.
"Jangan ngejauh lagi, ya?" pintanya lagi. "Oke, nggak apa-apa kalau lo nggak bisa atau nggak mau. Tapi tolong, biarin gue yang datang ke lo. Gue nggak terbiasa jauh-jauh dari lo, Sheryl,"
"Leon, udah. Jangan diterusin, gue nggak suka dengarnya," Sheryl balas menatap Leon marah. Ia tak tahu kenapa harus se-berlebihan ini hanya karena dirinya tidak ingin berdekatan dengan Leon lagi.
"Lihat lo semarah ini, gue jadi yakin kalau alasan lo ngejauh bukan karena kejadian di gudang kemarin. Pasti ada alasan lain, kan? Apa, Sher? Lo bisa kasih tahu gue,"
![](https://img.wattpad.com/cover/134914042-288-k228666.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Teen FictionSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel