/she was just another broken doll, dreaming of a boy with glue/
💠💠💠Classmeet hari kedua.
Perasaan Sheryl jauh lebih baik dari hari sebelumnya. Walaupun hari ini Sheryl telah mendengar banyak gosip seperti dirinya yang berniat merusak hubungan Karin dan Kevin, juga adegan serangannya pada Karin kemarin. Ia tak peduli, terserah orang-orang mau bicara apa tentangnya. Hari ini, ia hanya akan fokus dengan pertandingan basket yang akan dimulai beberapa menit lagi.
Belum ada yang bicara dengannya hari ini. Sheryl memang tak begitu peduli. Tapi kalau boleh jujur, ia merasa kesepian. Sebenarnya tadi pagi saat ia baru datang, Leon berniat menyapanya. Namun Sheryl cepat-cepat membuang muka serta berpindah tempat duduk di bangku dekat pintu masuk—entah bangku siapa itu. Setelah melihat keacuhannya, Leon bahkan tak berniat mendatanginya atau sekadar bertanya apakah ia masih marah atau tidak.
"Sheryl!"
Akhirnya ada yang berbicara padanya. Sheryl yang tengah duduk sendirian di tribun lapangan basket, menoleh ke pemilik suara yang memanggil namanya. Itu Ivana. Gadis cantik itu menghampiri Sheryl, diikuti ketiga teman dekatnya.
"Apa?"
"Kok lo duluan ke sini, sih? Kita tadi ngumpul dulu di kelas, si Sakha ngasih pengarahan biar mainnya bagus," ujar Ivana memberi tahu.
"Sumpek gue di kelas," jawab Sheryl singkat.
"Gue denger dari anak kelas, lo kemarin berantem sama si Karin?" tanya Wenda.
Sheryl melirik gadis itu, kemudian mengangguk jujur. "Satu sekolah kayaknya udah pada tahu semua, deh," gumamnya pelan.
"Lo diapain sama dia?" Kali ini Zoya yang bertanya.
"Dijambak,"
"Terus? Lo jambak balik?" tanya Yosi penasaran.
"Ya iya, lah. Kok lo semua kepo, sih?"
"Hebat! Gue mungkin nggak bakal ngebales kalau dijambak sama si Karin. Kabarnya dulu dia preman bobrok. Serem, ih," jelas Wenda yang sudah mirip ibu-ibu bergosip.
"Kita tuh sempat ngeri waktu denger kabar lo diserang Karin, tapi inget lo modelannya begini pasti nggak mau kalah gitu aja sama dia. Sama Andrew aja lo berani, Karin mah gampil. Ya, kan?" Ivana bertepuk tangan bangga.
"Apaan, deh," Sheryl berdecih dan terkekeh pelan.
"Bentar lagi giliran kita," Zoya mengingatkan.
"Oke, kita tos-tos dulu buat penyemangat!" komando Yosi. Ia mengulurkan salah satu tangannya ke tengah-tengah mereka. Disusul dengan Ivana, Wenda dan Zoya yang tengah meletakkan telapak tangan mereka di atas punggung tangan Yosi bergantian.
"Ayo, Sher!" ajak Ivana. Sheryl awalnya mengernyit geli melihat tingkah kekanakan keempat teman sekelasnya itu, namun karena dipaksa akhirnya ia bergabung untuk melakukan yel-yel penyemangat itu.
"12-3... bisa, bisa!!"
Tak lama, tim mereka dipanggil ke pinggir lapangan untuk registrasi terlebih dahulu. Ketika hendak menyusul timnya yang sudah turun, tangan Sheryl tiba-tiba ditarik perlahan dari belakang. Sontak saja ia menoleh untuk melihat siapa yang menghentikan langkahnya itu. Sheryl terdiam kaku kala menatap manik bulat lelaki yang kini menggenggam lembut pergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Ficção AdolescenteSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel