/why do we know, but act like we don't?/
💠💠💠From. Gebetan Ayah
To. Sheryl
Jl. Cilandak, Perum XXX B-26,
Itu alamatnya ya sayang, selamat belajar...Sheryl membaca ulang pesan Tante Ratna yang berisikan alamat calon guru lesnya. Tadi beliau sempat telepon dan bolak-balik minta maaf tidak bisa mengantar Sheryl ke sana karena ada rapat mendadak di kantornya. Sebenarnya Sheryl tidak berharap banyak dari Tante Ratna, bahkan lebih baik kalau beliau tidak terlalu ikut campur urusan belajarnya.
Jadilah setelah pulang sekolah hari ini, Sheryl memutuskan mampir ke rumah calon guru lesnya yang ternyata tidak begitu jauh dari rumahnya. Ngomong-ngomong, Sheryl masih keukeuh tidak mau pindah ke rumah baru Ayahnya. Ayah Sheryl pun akhirnya mengalah, membiarkan putri semata wayangnya itu tinggal bersama sang ibu untuk sementara waktu, hingga keberangkatan mereka ke Spanyol.
Tadi Tante Ratna memberitahu kalau guru lesnya itu tidak membuka les untuk umum. Jadi, hanya ada anaknya dan beberapa tetangga yang diajar olehnya. Dan kalau bukan karena berhubungan dekat dengan Tante Ratna, mungkin guru lesnya itu tidak akan mau menerima murid baru. Sheryl sebenarnya tidak begitu paham, untuk apa Tante Ratna menceritakan semua itu padanya? Terkesan cari perhatian sekali, begitu pikir Sheryl.
Sheryl akhirnya tiba di sebuah rumah sederhana yang alamatnya seperti yang tertera di SMS Tante Ratna. Begitu hendak memencet bel, tatapan Sheryl berhenti pada sebuah motor ninja yang terparkir di garasi. Sepertinya tidak asing. Sheryl seperti pernah melihat motor itu sebelumnya.
"JOSHUA, JULIAN!! JANGAN LUPA, HABIS INI LES!!"
Sheryl tersentak begitu seorang gadis berseragam sepertinya keluar dari rumah itu dan berteriak-teriak ke rumah sebelah, kemudian masuk lagi ke dalam rumah tanpa menyadari kedatangannya.
Tunggu, tunggu.
Sheryl juga merasa tak asing dengannya. Saat hendak mengingat-ingat siapa gadis itu, sebuah tepukan kecil dari belakang mendarat di pundaknya.
"Tian??" Sheryl kembali dibuat terperangah saat berbalik untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya. Ternyata Sebastian. "Kok lo bisa di sini?"
"Harusnya gue kali yang nanya gitu. Ini rumah gue. Lo ngapain ke sini?" Sebastian melewati Sheryl untuk membuka pagar rumahnya. Ia terdiam sejenak, melihat sekantung plastik berisi snack di tangannya. Sebastian memang baru saja dari supermarket karena disuruh Maminya membeli camilan untuk calon murid barunya yang akan bertamu sore ini. Seketika Sebastian tersadar, ia berbalik dan menatap Sheryl penuh tanya. "Jangan bilang, lo calon muridnya nyokap gue?"
"Lah, guru les gue itu... nyokap lo?" Sheryl balas bertanya.
"Abang, tamunya Mami udah da— Lho, Kak Sheryl?"
Sheryl baru teringat, gadis yang berteriak-teriak tadi ternyata Jihan. Adik Sebastian yang waktu itu menyatakan perasaannya pada Leon secara blak-blakan.
"Eh, Jihan," Sheryl berusaha memasang senyum ramah. "Gue boleh masuk, nih?"
"Ih, si Abang bukannya disuruh masuk," omel Jihan pada kakaknya, lalu kembali beralih menatap Sheryl. "Masuk, Kak,"
Sheryl akhirnya dipersilakan masuk oleh kakak-beradik itu. Dan begitu melangkahkan kaki memasuki rumah bernuansa putih dan krem ini, Sheryl langsung merasa nyaman. Suasananya hangat dan menyenangkan, bahkan hanya dengan melihat belasan foto keluarga yang dipajang di dinding ruang tamu. Satu hal yang baru Sheryl ketahui tentang Sebastian. Dibalik tampangnya yang cuek dan super manly, ternyata cowok itu punya sisi anak mama juga. Terbukti dari beberapa foto yang menunjukkan kemesraan Sebastian dengan Maminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Teen FictionSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel