4 - Senyum Sheryl

818 110 5
                                        

/she was trouble chaos really, but her smile dared me to fall in love with her/
💠💠💠

Sheryl berhasil memuntahkan mocha float yang dikonsumsinya tadi ke selokan dekat gudang belakang sekolah. Float itu entah kenapa membuat perutnya mual. Kerongkongan Sheryl sampai terasa kering sehabis memuntahkan isi perutnya.

"Uhuk... uhuk..." gadis itu berjongkok lemas, sesekali terbatuk karena kering di tenggorokannya. Penampilannya tampak kacau. Wajah yang memerah sempurna akibat menangis dan muntah barusan, juga mata sembabnya yang terus mengeluarkan air.

Sheryl terlonjak kaget saat sebuah tangan menyentuh bahunya tiba-tiba. Ia mendongak, menatap pemilik tangan besar itu. "Leon? Bikin kaget aja,"

"Kamu nggak apa-apa?"

Sheryl mengangguk singkat sebagai jawaban, namun sedetik kemudian lensanya melirik cowok itu penuh selidik. "Sejak kapan lo di sini?"

"Sejak kamu datang,"

"Lo lihat gue mewek sama muntah-muntah?" Setelah pertanyaannya mendapat anggukan dari Leon, Sheryl diam-diam meringis malu. "Terus lo diem aja lihat gue lagi sakarotul maut?"

"Kamu nggak bakal mati cuman gara-gara muntah," Leon terkekeh pelan, membuat Sheryl mendengar tawanya untuk yang pertama kali. "Ini diminum, pasti tenggorokan kering habis muntah," Cowok itu menyerahkan sebotol air mineral untuk Sheryl.

"Sekarang siapa yang sok care?"
gumam Sheryl sembari menerima botol itu dan segera menenggak isinya. Diliriknya Leon yang kini duduk bersila, bersandar di dinding gudang. Sheryl pun memutuskan untuk mengekori teman sebangkunya itu. "Lo nggak masuk kelas? Habis ini bel masuk, lho,"

"Kamu sendiri?"

"Kok seneng banget ya, balikin pertanyaan orang?" protes Sheryl gemas.

"Lagi males," jawab Leon.

"Oh, kirain kata 'males' nggak akan pernah ada di kamus lo,"

Mereka duduk dalam diam selama beberapa menit. Baru saja Sheryl berniat kembali ke kelas karena rasa mulas di perutnya kian mereda, suara bariton Leon lebih dulu memanggilnya.

"Sheryl,"

Oh my..., batin Sheryl bergejolak. Karena seingatnya, ini adalah kali pertama cowok berkacamata itu memanggil namanya.

"Hm?"

"Tadi itu ekspresi pertama kamu yang saya lihat sejak hari pertama kamu datang kesini," Leon yang tadinya menatap lurus ke depan, kini menolehkan kepala untuk menatap gadis di sampingnya.

"Yang mana?"

"Yang kamu nangis tadi," Cowok itu tampak menahan tawa kala mengucapkannya.

"Sialan!" umpat Sheryl. Mendengar itu, tawa Leon pun pecah. Sheryl baru menyadari, cowok di sebelahnya ini punya tawa yang renyah dan begitu mengajak.

"Dari awal sampai sekarang, saya nggak pernah bisa menebak kamu itu lagi kesal atau senang. Kamu emang nggak punya ekspresi atau gimana? Kamu nggak tahu caranya senyum?"

Pertanyaan yang tergolong polos dari Leon barusan, membuat Sheryl berpikir sejenak. "Ketahuan lo sering merhatiin gue, ngaku deh!"

Pandora✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang