21 - Si Egois

376 80 7
                                    

/tall boy with cute laughs,
deep voice and messy hair,
can i keep you?/
💠💠💠

"Lo beneran udah nggak sakit?" tanya Sheryl sambil memperhatikan Leon yang kini memarkirkan motor matic-nya di bagasi.

"Gue udah waras, Sheryl. Buktinya seharian ini udah bisa belajar motor,"

"Emang buat apa sih belajar motor? Mau motoran ke sekolah? Biar dibilang keren sama anak-anak?"

"Biar lo ada yang antar-jemput. Biar lo nggak perlu nunggu bus atau ojek tiap pagi dan sore," jawab Leon. "Kalau cuman buat keren-kerenan, gue nggak bakal pakai motor matic, kali. Gue mikirnya kalau pakai motor cowok kayak motor si Sakha, pasti lo nggak nyaman buat duduk. Dan kalau pakai mobil, pasti nggak bakal keburu. Tahu sendiri Jakarta macetnya kayak gimana walau masih subuh," lanjutnya.

"Sher, kalau Leon buat gue, lo ikhlas nggak?" sahut Ivana setelah mendengar penjelasan Leon barusan.

"Najis! Ambil aja sana," Sheryl segera mencubit pinggang Ivana.

"Oh, gitu? Terus gue mau dikemanain?" Sakha melipat tangannya di depan dada sambil menatap Ivana pura-pura kesal.

"Dasar bucin!!" Ivana memekik geli.

"Lanjutin gih, Sak. Gue sama Sheryl nggak denger kok," Leon ganti melirik Sheryl di dekatnya. "Sher, kita merem aja. Pura-pura nggak tahu,"

"Gue yang denger aja malu lho, Sak?" Sheryl menunjukkan ekspresi tak percayanya yang dibuat-buat. "Leon, lo pantang banget ngikutin si Sakha, ya. Awas aja kalau ngomong yang malu-maluin kayak gitu," ancamnya pada Leon.

"Ampun, Nyai," Leon memberikan cengiran lebarnya. "Yuk, masuk!"

Keempatnya berjalan menuju pintu masuk rumah Leon. Setelah tiba di dalam, Leon mempersilakan teman-temannya duduk di ruang tamu.

"Gue nggak tahu rumah lo segede gaban, Le," Sakha berdecak kagum.

"Apa sih yang lo tahu dari gue?" tanya Leon dengan nada centil yang menjijikkan.

"Kok gue malu kenal mereka berdua, ya?" Sheryl berbisik pada Ivana.

"Nggak lo doang kali, Sher. Gue juga," balas Ivana.

"Udah, nggak usah gibah-gibah. Mau minum apa?"

"Air putih aja," jawab Sheryl dan Ivana berbarengan.

"Soda gembira ada, nggak?" tanya Sakha, tidak tahu diri.

"Ngelunjak ya, Sak?" Leon melongos dan meninggalkan mereka untuk menyiapkan minuman dan cemilan. Tak sampai lima menit, Leon kembali dengan nampan berisi minuman di tangannya. Minus soda gembira pesanan Sakha, pastinya. "Tadi, Sheryl ke sini sama siapa? Nggak bonceng tiga, kan?"

"Sebastian. Lo nggak lihat apa tadi ada dia?" tanya Ivana.

"Nggak lah, Iv. Orang dianya sibuk kangen—" ucapan Sakha terpotong karena belum apa-apa sudah mendapat pelototan kejam dari Sheryl.

"Oh, gitu," Raut Leon berubah datar.

"Lah, iya!" Sheryl berjengit dari duduknya. Menyadari kalau jaket kulit Sebastian masih dikenakannya. "Jaketnya Sebastian..."

Pandora✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang