Gue gak tau kapan tepatnya untuk pertama kali jatuh dalam tatapan tajam dari seseorang yang menempati meja di belakang gue.Tawa dengan gingsul yang entah kenapa bisa memikat.
Rambutnya yang malah ia jaga biar tetap berantakan, gak kayak laki-laki lainnya dengan pomade 200 ribu rupiah mereka.
Dia yang diklaim sebagai sisi kontras gue.
Ramai dari sepi.
Keras dari lembut.
Terang dari redup.
Yang sebenarnya akan lebih sesuai kalau dinyatakan seperti terusan.
Atau lebih tepatnya ... mungkin dia lebih cocok disebut sebagai penggempur jati diri.
Si Pembangkit sisi-sisi lainnya dalam diri gue.
Yang muram menjadi senyum.
Yang musuh menjadi rumah.
Mengesampingkan pendapat pribadi dia tentang Nayara, gue menemukan sebuah titik nyaman di setiap keping Narayyan.
Meet 'em:
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 2
General Fiction[code:parallel.universe.01] - "Kok lo mau sama dia?" lokal. cursewords. ©2018, beobleteas