14 - gurauan

707 184 10
                                    

—Rayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Rayyan

Ada satu hal yang agak bikin gue tertarik pas ngobrol sama Yara di Kopi Kalyan empat hari lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ada satu hal yang agak bikin gue tertarik pas ngobrol sama Yara di Kopi Kalyan empat hari lalu.



"Lo deket sama Arabella, Yan?"



Pas itu, gue langsung ngerutin dahi.

Seinget gue, gue gak pernah cerita apapun tentang Bella ke Yara. Iya lah, gak ada urusannya juga Bella sama Yara. Apalagi kalo itu berpotensi bikin Yara jadi jauh dari gue.

Bella emang baik sih, tapi rasanya gak pas aja kalo sama gue.



"Biasa aja, temen biasa kok."

"Dia kan cantik banget, Yan. Pinter juga kan? Baik gitu kayak princess. Kenapa lo gak suka dia deh?"

"Emang cowok cuma bisa suka sama orang yang kayak princess?"

Mukanya Yara pas itu langsung gak enak, "ya enggak sih ...,"

"Kalo semua orang cuma nyari yang kayak gitu, dunia gak akan seimbang. Iya kalau orangnya mau, kalau enggak?" Tanya gue ke Yara yang lagi gigit bibir bawahnya, natap gue lurus sebelum akhirnya dia ngangguk.

"Bener sih. Semua orang bakal berlomba-lomba untuk jadi sempurna sesuai standar orang lain ya, bukan love yourself dan jadi sempurna versi diri sendiri."

"Iya, itu tau," gue menyesap cappuccino gue sedikit. "Yang kayak Bella emang mantep sih, parah. Cuma gue lagi gak butuh yang kayak gitu. Daripada orang baik kayak dia cuma disia-siain sama orang yang bakal brengsek ke dia, mending gak usah sama sekali."

"Emang lo bakal brengsek ke dia, Yan?"

"Ya gak tau sih, cuma kalau gue gak tertarik-tertarik amat kan malah berasa mainin dia."

Yara ngangguk lagi, keliatan ngerti. Setelah itu pun gue dan dia masih bahas yang lain, masih baik-baik aja sampe gue berhenti di depan rumah berpagar hijaunya.



Tapi besoknya, dia bukannya jadi lebih baik, moodnya malahan keliatan agak lebih buruk.

Salah gue banget nih?



"Nayara,"

Yara cuma nengok sekilas, terus balik nulis lagi.



Apaan sih, kok jadi gini?



"Yara, jangan ngambek dong."

"Siapa yang ngambek sih?" Baru deh dia balik badan, natap dengan tatapan gak suka yang tetep keliatan lucu di mata gue.

Gue tau di situ Harris udah mulai ngeliatin, mungkin orang-orang di sekitar gue yang lain juga, gue gak peduli-peduli amat.

"Lo, Aletha Nayara. Senyum dong, udah lama gak liat lo senyum di kelas kayak biasanya."

"Cih," Yara tersenyum miring, tatapannya juga jadi lebih lembut dibanding tadi pas awal-awal gue manggil dia. "Gak ngambek gue. Mau ngambekin apa juga?"

"Yang waktu itu diomongin di Kopi Kalyan," gue langsung senyum sebelum ngelanjutin. "Kali-kali lo cemburu."

"Dih, cemburu apaan coba ke elo??" Tatapannya malah jadi sinis, tapi sinis yang bercanda.

Yang kemudian mancing lontaran kalimat dari Harris yang bener-bener dari tadi nguping pembicaraan ini, pake suara yang keras.



"Lo berdua udah jadian?"



Dan mengundang setengah kelas nengok ke arah gue dan menanyakan hal yang sama.


Anjir lah, Harris.

Ini kalo Yaranya risih selesai udah, pupus harapan gue.


"Enggak, apaan dah? Yara, emangnya kita pacaran?" Jawab gue sambil nanya ke Yaranya juga, strategi untuk ngebubarin kekepoan kelasan sama hubungan yang padahal belom jelas juga.

Yara langsung ngegeleng, "apaan sih, enggak." Cuma sambil ketawa.

Sambil ketawa, bro.

Gue gak tau harus sedih karena berasa ditolak atau seneng karena ketawanya Yara seakan-akan nunjukin kalau dia bercanda.

Ya Allah.



"PJ lah, Yan."

"Demi apa sih Aletha sama Rayyan?"

"Anjir Rayyan gercep juga WKWKWK."



Kuping gue langsung panas, hadeh. Bener-bener rasanya pengen kabur, kalo bisa bawa Yara juga sekalian biar terhindar dari cak-cakan satu kelas ini.

"Berisik lu semua," ujar gue pada akhirnya sambil berdiri. Ninggalin meja gue dan bermaksud untuk keluar kelas. Gak ada guru ini, mending gue keluar dari kelas sekalian.

"Yaranya gak diajak tuh, Yan?" Teriak salah satu anak kelasan cewek dari tempat duduknya yang langsung diikutin sama teriakan heboh dari sekelas.


Udah gila beneran wkwkwk.


Tapi gue lebih gila.


"Yara, mau ikut gaa?" Tanya gue pada akhirnya di depan kelas, pas tangan gue udah megang gagang pintu ini.

Makin kenceng lah riuhnya wkwkwkwk.

Tapi seru sih giniin anak orang. Liat aja tuh anaknya cuma bisa ngeliatin gue dengan dahi berkerut, mijetin pipi dia sendiri.

Yang selanjutnya gue tangkep adalah Yara yang menggumamkan suatu kalimat, yang kalau gue gak salah berupa "sinting lo".



Iya, Ra. Emang udah sinting temen lo ini.


Sinting gara-gara lo.




🥀
a.n
banyak nih sidernya, udah mau klimaks padahal :((

IPS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang