6 - sebungkus adonan

1K 201 8
                                        

—Aletha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



—Aletha

First of all, kita harus ngucapin selamat tinggal dulu ke segala kemageran yang udah gue jalanin sejak Juli kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

First of all, kita harus ngucapin selamat tinggal dulu ke segala kemageran yang udah gue jalanin sejak Juli kemarin.

Semenjak berbagai guru mulai ngumumin jadwal ulangan harian, itu berarti minggu ulangan udah dimulai.

Bye hidup tenang, bye waktu kosong.


Gue emang suka ngalong, tapi demi melakukan hal yang gak penting.

Kalau disambiin belajar gini, gue masih suka shock.


Terus bener aja, hanya karena gue ambis belajar Sosiologi dan PKN (yang entah kenapa harus di hari yang sama, lo gila ya), gue lupa ngerjain PR Matematika.


Duh, terlalu banyak hal yang harus gue ucapin "selamat tinggal".


"Leen, lo udah belom?"

"Ini baru foto punya Karin."

"AirDropin ke gue!"


Bahkan sampai istirahat pun gue masih sibuk ngerjain.

Gila ya, Bu. Giliran mau ulangan gini tugasnya malah banyak banget, kesel.


Terus gue baru garisin buku tulis gue pas tau-tau sebuah styrofoam diletakkan di atas meja gue.


Hah??


"Dih, siapa sih?"

Gue reflek ngeliat ke arah orang itu jalan. Dan ketika dia berhenti di belakang gue, gue langsung ngehela napas.


"Rayyan ngapain sih?"

"Apaan?"


Gue langsung ngambil styrofoam itu lagi, mau gue balikin ke orangnya.




Tapi bentar ...,




kok ...




masih berat?




"Ini ... masih ada isinya?" Tanya gue, kemudian buka styrofoam itu.


TF,


beneran masih ada isinya ....


"Oh, itu tadi Harris nitip gue beliin, taunya dia udah beli sendiri. Jadi ya, buat lo aja." Jawab dia, "kalo lo gak mau, siniin lagi dah, Aletha."

"Beneran buat gue nih jadinya?"

"Ya ... iya. Mau gak?"


Rayyan kesambet apaan sih, asli ya dari waktu itu???


"Oke, makasih ya, Yan!" Ujar gue sambil ketawa, kemudian balik badan lagi ke posisi gue berasal.


Sumpah ya, geer dosa gak sih?

Gue gak buta-buta amat masalah ginian mengingat Kak Regan dulu juga melakukan hal yang sama di masa pendekatan dulu.

Dan pertanyaan gue di sini cuma sesimpel "apa Rayyan juga lagi pdkt?"


"Yara,"

gue langsung nengok ke asal suara, ke arah Aleena yang sejak beberapa hari lalu mulai panggil gue dengan nama Yara.

"Lucu aja,"

"Tapi jarang-jarang orang manggil gue Yara selain keluarga dan temen SD."

"Ya gapapa dong?"

Saat itu dahinya merengut, ekspresinya menunjukkan ketidaksukaan, mode salty kayak biasanya.

Tapi yang saat ini, ekspresi yang bisa gue mengerti di muka Aleena cuma kaget dan ketidakpercayaan.

"Itu ...,"

Gue lantas mengangkat styrofoam di tangan kanan gue.

"Dari ...," kemudian menggerakkan kepalanya ke arah kanan, ke arah kursi Rayyan dan Harris di belakang kita.

"Heem."

"Demi apa?"

Gue mengangkat kedua bahu, tanda juga gak ngerti sama kondisi saat ini.


Persetan dengan PR matematika, otak gue terlanjur dicuci bersih sama Rayyan dan seporsi mi ayamnya.

IPS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang