11 - penerangan

979 177 7
                                    

aku harap kalian mulai terbiasa dengan "Yara" di sini!

aku harap kalian mulai terbiasa dengan "Yara" di sini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu angin bertiup cukup kencang, mengembus surainya hingga sedikit tak berbentuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu angin bertiup cukup kencang, mengembus surainya hingga sedikit tak berbentuk.

Nayara langsung mendengus.

"Ngapain bawa gue ke sini deh? Udah diteleponin sama nyokap."

"Bilang aja entar gue anter sampe rumah."

"Sinting."

Yang perempuan itu lakukan tidak lain hanya mengekor. Kadang berjongkok dan membuat tulisan di atas pasir. Memandangi bulan yang tengah purnama di angkasa.




Aletha Jasmeen Nayara lebih memilih gunung dibanding pantai. Terlebih ketika langitnya sudah gelap seperti detik ini.

Yang bisa ia tangkap tidak lain hanya bulan purnama tadi, beberapa pesawat terbang yang sedari tadi melintas di atasnya, gedung pencakar langit yang mengarah ke arah barat, juga garis pantai yang mulai pasang.

Sebagaimana ikan yang tidak mampu bernapas di luar air dan sebagaimana bulan yang tidak bisa bersinar ketika pagi menjelang, Yara tidak bisa untuk bersahabat dengan air.



Bukan, bukan yang seperti itu.



Dia tidak bisa berenang dan kenyataan di sisinya adalah pantai yang mengarah ke laut lepas sedikit membuatnya takut.



"Ka, asli. Udah jam sebelas!"

"Mau balik sekarang aja beneran?"

"Iya lah, gila. Ngantuk gue, tadi baru tidur dua jam."

Arka yang balik menghela napas.

Mungkin otaknya mulai memproduksi berbagai pendapat yang Yara tidak mau duga, pikirannya sudah cukup lelah untuk itu.

"Lampu-lampunya aja udah mati!"

"Emang kenapa sih? Gue pernah ke sini juga sampe pagi."

"Tapi gue bukan lo, deadass."

IPS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang