Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— Rayyan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebenernya siomay cuma alasan.
Ya, gue beneran pengen sih, tapi alasan utama gue ngajak Yara ke Bandung soalnya biar jauh aja.
Terus taunya beneran baru sampai jam setengah 12.
"Mau langsung cari siomay, Yan?"
"Terserah. Emang kamu gak laper?" Tanya gue ke perempuan di sebelah gue itu. Rambutnya yang digulung itu udah berantakan gara-gara pecicilannya dia selama OTW.
"Biasa aja sih, kan tadi udah makan bekal."
"Lah, dibagi dua gitu. Ya kali udah kenyang?"
"Aku gak perlu makan banyak."
Cewek-cewek ini kenapa dah? Gak sekali mereka-mereka ini ngomong hal yang sama kayak Yara barusan. Emang beneran gak laper apa ya?
Pernah tuh temen gue bilangnya diet-diet. Terus gak lama ngeluh sakit, taunya maag. Nyusahin diri sendiri, kenapa sih?
"Makan dulu dah, siomay gampang."
Dan Aletha Nayara langsung jadi yang paling semangat dalam ngerekomendasiin restoran enak versi keluarganya. Karena kata dia, untuk makan siang emang cari taste, sedangkan untuk makan malam baru cari tempat.
"Mau sampe malem aja di sini?"
"Gila ya??"
Jadi gue dan Yara berakhir di salah satu restoran di Jalan Bawean, restoran kecil yang gue juga lupa apa gue pernah ke sini apa belom.
Gak ada AC, cuma meja biasa dan kursi plastik. Lauk-lauk yang keliatan biasa aja, ada ikan; ayam; usus; ati ampela; entah apa lagi. Yara minta ayamnya untuk digoreng aja, sementara gue minta untuk dipanggang. Gue ambil tumis usus, Yara ambil sate ampela. Gue ambil tahu bacem dan pepes ikan, Yara gak ngambil apa-apa lagi. Katanya dia gak makan macem-macem, rada milih-milih.