Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—Aletha
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secepat apa juga gue dan Aleena lari, yang gue dapet tetep aja kursi di bagian paling kiri, di urutan kedua walaupun satu barisan dengan meja guru. Itu pun setelah rebutan sama temen gue yang lain, Indira, yang akhirnya duduk di depan gue bareng anak cowok.
And well, kelas yang gue tempati tetap bernama IPS 2 dengan orang yang sama pula. Memang dari dulu, enggak akan ada pengacakan murid lagi di kelas 12 sebagaimana di kelas 11.
Yang beda, belakang gue kali ini bukan lagi laki-laki yang kalau gabut bakal narik-narikin rambut gue hanya untuk bilang kalau dia lagi gabut. Minjam penggaris yang baru dia kembaliin besoknya. Yang kerjaannya tidur doang sampai gue yang juga kena olok-olok dengan, "masih capek gara-gara main semaleman sama Aletha, bu!"
"Main apa tuuh?" Tanya temen yang lainnya.
"Push rank, suudzon dah lu semua."
Tapi enggak apa-apa sih, gantinya Angkasa ini, jadi sebenernya ini tuh peningkatan. No more cowok-cowok berisik, semoga ini awalan baik untuk kehidupan agit gue.
Terus Rayyannya ke mana?
Gue sebenernya enggak nyangka kenapa dia mau duduk di urutan paling depan. Sedangkan gue duduk di barisan paling kiri, Rayyan berada di paling kanan. Gantian gue yang ngelihat punggung dia setelah setahun dia melakukan hal yang sama. Sekalipun kali ini dari jauh, gue rasa itu bukan masalah besar.
"Kalau minjem penghapus susah, Ra."
"Ya kan di baris seberang kamu cewek Yan, pasti punya."
Rayyan kemudian menempelkan kepalanya dengan meja gue. Sejak bel istirahat bunyi, dia langsung melesat ke sini, ngegeret kursi dan duduk di samping meja gue. Mengelus rambut dia kayak biasa, Rayyan jadi mirip anak burung clueless kalau kayak gini, yang perlu dipegangin biar enggak asal terbang lalu terjatuh dan tersesat.
Tapi ada kalanya dia tetep jadi Rayyan yang jadi burung besar yang malah suka bantuin gue. Seperti pas suatu hari di bulan Desember pas kita baru jadian, gue enggak sempet nyeritain ini dulu, saat gue dan temen-temen OSIS lainnya ikut LDKS di Puncak. Naik satu tronton besar dengan keadaan super panas dengan seragam sekolah. Rayyan yang kemudian nyuruh Bian —kata dia untuk ngejagain gue selama di sana walaupun emang enggak ada yang bisa dijagain. Including pas tiba-tiba ada gempa di sana, Bian yang emang di sebelah gue langsung nyuruh gue buat jalan duluan dan ngintilin gue.
"Kayaknya buat yang tadi lebay sih, Bi."
"Biar keliatan beneran jagain aja, Ra."
"Ngapain coba?"
Atau setiap gue dan Aleena ketinggalan buku cetak, Rayyan yang bakal minjemin buku dia yang seringnya emang bakal selalu ada karena ditinggal di laci meja.
"Oh iya, Yan. Ini udah agit berarti kamu bakal nyari utas?" Tanya gue tiba-tiba.
Rayyan langsung duduk tegak lagi, ngeliatin gue beberapa lama. "Iya kali ya? Yang lain pada belom sih, entar aja lah."
"Udah kepikiran nama?"
Sebagai sekolah yang terkenal sama senioritasnya, semacam tradisi bagi siswa kelas 12 untuk nyari utas dari kelas 10. Kalau bahasa kasarnya memang untuk disuruh-suruh sih, tapi sebenernya enggak semenyeramkan itu, serius deh. Anak kelas 10 ini pun modelnya mengajukan diri, dulu gue dimintain foto untuk dipromosikan (or whatever, you named it), tapi gue enggak mau, beda sama Rayyan (juga Bian dan banyak orang lainnya) yang malah mau. Jadi ketika orang bilang sekolah gue menyeramkan, sebenernya itu juga karena mereka-merekanya juga yang ingin menjadikannya agar tetap seperti itu.
Nanti mereka ngapain? Ya, kalau beberapa agit sih baka minta macem-macem, semacam biar uang yang sudah dia keluarin semasa utas dulu bakal kembali, balik modal. Biasanya Si Utas akan meminta bantuan kepada temen-temen lainnya untuk urunan, gue suka bantu di sini mengingat gue sendiri memang enggak punya agit untuk dibiayai. Tapi, ada juga agit yang lebih sering nitip, kemudian uangnya diganti. Macem-macem sih, tergantung orangnya juga. Semacam untung-untungan kalau kata gue.
Kemudian utas-utas ini akan diberi nama aneh-aneh oleh agitnya. Temen gue ada yang dikasih nama Curut, kalau enggak salah Rayyan juga pernah cerita soal temennya yang namanya Jeko? Nah, itu juga nama angkatan. Kalau Rayyan sendiri, namanya Jalak.
"Belom, kayaknya liat orangnya dulu aja deh Ra, baru bisa nentuin."
Gue hanya mengangguk sebagai balasan, sedikit excited karena nantinya bakal liat Rayyan punya "adik" baru.
"Nanti kalau kamu mau minta ke dia juga enggak apa-apa, Ra." Ujar Rayyan tiba-tiba.
"Enggak usah, ngerepotin dia nanti."
"Biarin aja sih?"
"Kasian dong nanti dia harus nanggung dua orang?" Jawab gue lagi.
Bicara tentang ini, gue juga sedikit penasaran sih apa aja yang Rayyan bakal minta dari utasnya nanti selain minta kerjain PR dia? Dengan keadaan di mana dia sebenernya bisa dapetin apa aja yang dia pengenin, selain semangat belajar.
"Tapi excited deh ngebayangin ini, Yan. Dulu aku ngeliat yang lain kayak ... tersiksa tapi enjoy, penasaran aja dari sisi Si Agitnya bakal kayak gimana."
"Enak lah, Ra. Kan berasa punya ATM baru."
"Dih, bener-bener ya." Jawab gue sambil memicingkan mata ke arah Rayyan yang cuma senyum. "Tapi kalau ketauan kan tetep aja mampus, Yan?"
"Tapi aku enggak akan minta yang macem-macem ini, jadi santai lah. Mau ngadu apaan juga sih dia entar?"
"Emang udah kepikiran mau minta apa?"
"Paling mobil."
Langsung gue tempeleng.
"Dih, Hot Wheels kan juga mobil ya?"
"Enggak, pasti tadi enggak mau nyebut Hot Wheels!"
Rayyan sendiri langsung ketawa, renyah kayak krekers. "Iya deh, ngikut aja Tuan Putri ngomong apa mah."
🥀 a.n such a long long longg time since the last update. ngomong ngomong, selamat lebaran semuanya!
and ... selamat datang ke kehidupan kelas 12 dari ips 2. probably akan fokus ke pada stressnya hidup (aku saat itu), baik dari sisi yara maupun rayyan. juga tentang hal-hal baru yang baru dirasakan semasa kelas 12.