41 - cap

342 77 14
                                    

—Rayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



—Rayyan

Faktanya, gak semua hal yang kita lakuin tiap waktu bakal jadi kebiasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faktanya, gak semua hal yang kita lakuin tiap waktu bakal jadi kebiasaan. Kayak, selama hampir 17 tahun hidup, ayah selalu ngebiasain gue untuk bangun jam paling lama jam 9 pagi tapi gue masih aja gak suka. Ya, gak full 17 tahun sih. Mungkin pas gue bayi enggak atau pas gue lagi capek banget juga, pas pulang dari raimuna* misalnya. Termasuk setiap bulan Ramadhan kayak gini.

Bohong kalau gue bilang gue gak pernah bolong. Tahun lalu, gue gak bilang siapa-siapa sih kalau gue bolong hanya gara-gara alasan capek, walaupun cuma sehari. Doa-doa aja kali ini full, soalnya gue bisa mati beneran kalau ketauan.

Tapi ya, ini bahkan baru hari keempat, cuma gue udah terperangkap di tengah antrean bareng cewek yang enggak puasa di sebelah gue.

"Beneran gak apa-apa? Aku ikut sahur kok tadi."

"Santai aja udah, nanti maag lagi."

Perempuan itu kemudian cuma ngangguk dan kembali hadap depan. Di sekeliling gue pun juga manusia-manusia yang juga enggak puasa, jadi ini bener-bener kayak ujian yang sebenernya. Hadah, semoga aja gue beneran dapet nilai tambah.

"Tapi kamu kuat kan, Yan?" Tanya Yara lagi. Tingginya emang masih di bawah gue walaupun bedanya enggak jomplang, tapi matanya yang agak ngehadap ke atas untuk beradu dengan pandangan gue itu (lagi-lagi) keliatan lucu.

"Semoga."

"Tuhkan!"

Kata ayah, jadi laki-laki harus kuat. Kata ayah juga, jadi laki-laki juga harus ngelindungin perempuan. Gue gak paham sih korelasinya apa yang melindungi sama ngebiarin ini anak satu antre makanan di sebelah gue, cuma pokoknya ya harus kuat.

"Lagipula sayang udah antre, Yara. Udah lah, gak apa-apa."

Pas orang di depan gue pergi, gue dan Yara langsung maju. Dia yang mesen egg waffle (atau apa sih itu namanya?) rasa coklat, kayak biasanya kalau dia beli makanan. Gak paham juga kenapa dia beli egg waffle daripada makanan beneran.

"Its's on me, okay?"

Gue langsung bingung, "hah, apanya?"

"Bayarnya." Jawab Yara sambil ngasih uang ke mbak kasir. "Soalnya kamu enggak ikutan makan juga."

IPS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang