Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—Rayyan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sehari setelah itu, kelas langsung rame.
Sesuai sama ekspektasi gue, gimana satu kelas pada cross check apa gue sama Yara pacaran. Yara cuma ketawa kalau orang-orang mulai nanyain pertanyaan seribu umat itu, kebalikan sama gue yang langsung jawab "iya".
Iya lah, gue gak akan PDKT sesabar kemaren kalau emang niatnya buat ditutup-tutupin lagi.
Seperti biasa, jam-jam terakhir di Jumat selalu waktunya jam kosong. Gak ngerti kenapa guru gue itu males amat masuk kelas, udah capek kali sama muridnya.
"Ra, Yara."
Dan ga butuh satu detik buat perempuan itu langsung nengok ke gue. Gak ada efek slow motion atau kibasan rambut kayak yang di film-film, cuma dia dan handphone di tangannya.
"Kenapa?"
"Nanti mau nungguin gue salat Jumat dulu gak?"
Dahinya langsung mengerut.
Hadeh, kok setelah jadi cewek gue, jadi makin gemes?
"Mau ngajak makan." Lanjut gue lagi.
Yang gue dapetin dari Yara cuma cengiran, terus dia yang langsung nangkup pipi dia sendiri.
"Boleh. Mau di mana emang?"
"Marugame Gandaria City mau gak, Ra?"
"Yaudah, masih boleh pakai seragam kan ya, kalau ke sana?"
"Masih kok," gue langsung ngangguk. "Nanti bilang aja nunggunya di mana, nanti gue samperin."
"Siap!" Jawab Yara sambil senyum, manis banget.
Asli, kenapa gue jadi bucin banget gini dah?
Terus beberapa jam setelah itu, gue ngeliatin Yara lari-lari kecil menuju mobil gue dari tangga Burger King-nya Blok M Plaza. Rambutnya udah digerai, gak pake jedai apalah itu kayak biasanya.