—AlethaMalam itu, gue terjaga sampai jam dua pagi karena suatu alasan.
Beberapa orang mungkin memilih untuk tidur saja, biar semua ucapan ulang tahun yang mereka dapat berasa kayak surprise setelah bangun tidur. Tapi enggak, gue enggak bisa kayak gitu. Gimana gue yang (lowkey) berharap sama ucapan-ucapan yang bersifat gambling.
Tapi yaudah, kalaupun enggak ada yang ngucapin, gue tinggal membohongi diri gue sendiri dengan, "gue enggak tidur bukan karena nungguin kok, emang pengen aja." Pikir gue saat itu.
Pada tengah malam, Ravendra Narayyan Khevandra, kesayangan kita semua memenuhi ekspektasi gue. Gue masih inget banget gimana itu jam berubah dari 11:59 PM menuju 12:00 AM lalu pesannya langsung masuk.
Sesuai tebakan gue sih, ucapan ulang tahun biasa yang entah kenapa jadi enggak biasa. Panjangnya lumayan, tapi gue rasa kita sama-sama tau kalau poinnya bukan di situ, melainkan gimana ngebayangin Rayyan yang naruh effort hanya demi ngucapin gue ulang tahun.
Gue yang duluan legal dibanding dia ini langsung dikasih berbagai macam nasihat khas "anak baru legal". Jangan kebanyakan minum lah, kalau clubbing ajak dia lah, kalau nyetir pelan-pelan lah, padahal gue belum ada rencana buat praktikin itu semua.
Besoknya, hari berjalan kayak biasa sih. Cuma dengan tambahan ucapan ulang tahun oleh beberapa orang yang tau ulang tahun gue. Kemudian siangnya, gue yang beli donat untuk sekelas juga dikasih donat sama kelasan. Kalau enggak salah, ada sekitar 12 lusin donat (atau lebih) di kelas gue.
"Tapi seneng enggak?" Pertanyaannya membuat gue menoleh, Rayyan yang udah memutar badannya ke arah gue dengan senyuman kecil di bibirnya.
"Seneng lah, i've never felt that important before."
Setelah gue pulang dan sekadar tiup lilin bareng keluarga di rumah, jam 8 tadi Rayyan menelepon gue hanya untuk ngasih tau kalau dia udah di depan. Yang dalam beberapa menit setelahnya, gue menemukan dia dan sebuah kue berkrim putih di tangannya.
"Tapi, Yan."
"Hm?"
"Ngapain sih beli kue lagi? Di rumah kan aku udah ada." Tanya gue sambil mengarahkan pandangan ke kotak kue di pangkuan gue. Ukurannya memang enggak besar sih, tapi tetep aja ini cake ulang tahun baru yang tentu gue terima dengan senang hati.
"Pengen aja," jawabnya singkat, masih dengan senyum kecil di bibirnya. "Aku belom ngasih sesuatu ke kamu."
"Is that even important?"
"Buat kamu mah iya, Ra."
Rayyan dan cara-caranya untuk mengubah sesuatu yang sederhana menjadi kejutan. Untung aja ini anak satu enggak ngide untuk pura-pura lupa atau ngacangin gue seharian yang bikin gue pasti bakal bete walaupun udah kebaca jelas motifnya.
"Yara, liat belakang deh."
Gue mengernyit, sedikit ragu untuk menatap jok belakang sampai akhirnya gue memutus pandangan dengan Rayyan. Ada kotak kecil di situ, sama boneka anjing yang gede banget. Kalau pikiran gue enggak salah, itu boneka IKEA.
Mengembalikan pandangan ke Rayyan dengan penuh tanya, "ambil nih?"
"Ambil lah." Jawabnya dengan senyuman kecil di bibirnya.
Gue pernah cerita ke Rayyan tentang gue yang punya banyak boneka di kamar, walaupun yang gue sayang cuma satu, boneka Winnie The Pooh kecil yang gue namain Kenyol sejak gue masih playgroup kali ya? Kemudian gue kedatangan boneka anjing Miniso yang Rayyan beliin waktu itu, boneka yang akhirnya gue namain Bitsy.
"Aku jadi keinget kamu deh setiap ngeliat dia, Yan."
"Terus kenapa dinamain Bitsy coba? Emangnya aku gigit apa?"
Terus sekarang gue kedatangan boneka anjing lainnya yang entah mau gue namain siapa.
Pandangan gue beralih ke paper bag coklat yang sekarang berada di pangkuan gue sebelum kembali ngeliat sekilas ke Rayyan.
"Yan, ini serius?" Tanya gue dengan dahi yang mengerut. Yang gue temuin di dalam sana adalah sebuah kartu ucapan dan satu kotak yang semua orang pun tau kalau itu adalah kotak jam. Kotak yang ketika gue buka pembungkusnya menunjukkan tulisan FOSSIL.
"Kamu salah bawa ya?"
"Enggak, emang buat kamu."
Gue langsung menghela napas, lalu menutup mulut gue dengan sebelah tangan, entah buat apa. Emang bener-bener orang gila, gue membatin. Langsung merasa bersalah tanpa alasan gini.
"You know, Narayyan, i don't deserve all of this—"
"Liat niatnya aja sih, Ra. Jangan barang apalagi har—"
"That is it!" Potong gue, "makasih banyak, bakal aku pakai dengan baik."
His snaggle tooth appears, mengacak rambut gue seperti biasa. "Sama-sama, semoga bisa berguna buat kamu."
Ada perasaan aneh di diri gue.
Insecurity kills everyone much more often and more harshly than anything else, even a person who claimed that she (had been trying to) loved herself already. Yang perlu disayangkan adalah gimana gue yang masih sering lepas kendali untuk enggak percaya dengan orang di sekitar gue, termasuk manusia di sebelah gue ini. Orang yang bahkan udah gue kecewain berkali-kali, tetapi masih di sini.
"Rayyan, can i trust you?"
Gue tau dia bingung, mungkin berpikir negatif karena mengira selama ini gue belum pernah percaya sama dia (padahal bukan begitu), cuma gue membiarkan dia untuk berpikir. Sampai dia mengangguk, "bisa lah, emangnya selama ini gimana?"
"Bukan percaya yang kayak gitu, ih." Sergah gue, "cuma kalau suatu hari aku lagi butuh tempat untuk berisik yang negatif, bisa enggak aku percayain kamu buat bantu aku kembali ke state semula?"
Gue dan banyak orang lainnya lebih sering untuk tenggelam pada perasaan ketika jam telah larut, ketika seharusnya mata sudah menutup dan istirahat, ngasih waktu bagi organ-organ dalam tubuh untuk bekerja maksimal.
Selama ini, gue membiarkan diri gue untuk tenggelam. Mencari jalan keluar sendiri, menuliskan segalanya ke akun line gue yang lain. Aleena enggak pernah tidur lebih dari jam 10, itu pun udah keren banget. Jadi untuk mencari dia di jam-jam telat, kayak jam 12 atau 1, udah bisa dipastikan kalau dia enggak akan ditemukan.
Jadi gue pikir, mungkin Rayyan bisa membantu gue juga untuk mengembalikan gue ke titik yang seharusnya. Semua orang yang masih berusaha butuh sosok orang seperti itu sebagaimana gue yang terima-terima saja untuk menemani orang-orang yang juga butuh.
"Harus bisa," jawabnya dengan senyuman lagi.
🥀
a.n
jam fossil sebagai hadiah tuh benar adanya, bedanya bukan dialami oleh sepasang kekasih dan bukan aku penerimanya dan bukan sebagai hadiah ulang tahun.huft, seems like i lost my ability to write or even lost my muse, makanya aku butuh waktu cukup lama but nulis ini doang. tapi aku harap aku enggak mengecewakan kalian.
p.s don't forget to support our park woojin and his group, ab6ix!!
KAMU SEDANG MEMBACA
IPS 2
Fiksi Umum[code:parallel.universe.01] - "Kok lo mau sama dia?" lokal. cursewords. ©2018, beobleteas