Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—Aletha
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rayyan yang barang kali kalian anggap sebagai sosok cowok yang sweet tuh sebenernya enggak semanis itu juga.
Baru juga 2 bulan, tapi sebenernya udah banyak hal yang sanggup bikin gue misuh-misuh gara gara dia. Sebut aja kayak Rayyan yang batalin janji jalan di hari h pas subuh-subuh karena dia baru inget udah janji ngumpul sama temen-temennya ke Puncak. Atau dia yang gak bales chat lamaaaa banget dan (akhirnya) balik di jam 3 pagi dengan "wkwk" hanya karena sibuk main game.
"Lagi battle tadi."
"Lama banget?"
"Lanjut abis itu."
Cuma sayangnya dia selalu punya cara buat bikin gue enggak jadi marah, bahkan hanya dengan senyuman dan gingsulnya itu.
"Dimakan itu nasi gorengnya, keburu bel."
Membawa gue untuk kembali sadar, tatapan mata gue langsung mendarat ke Rayyan lagi yang lagi natap gue datar. Sendok stainless steel di tangannya dan piringnya yang udah habis sebagian.
Gue hanya ngangguk, kembali menyuap sesendok nasi goreng ke mulut gue.
Tengsin kalau Rayyan tau gue lagi mikirin dia.
"Mikirin apaan?" Tanya Rayyan kemudian.
Gue lantas menggeleng, "enggak kok."
Dia langsung mengernyit.
Yang Rayyan lakuin setelahnya adalah balik badan, ngeliat ke mana arah pandangan gue.
"Oh," mukanya langsung berubah.
Baru deh gue sadar kalau di situ ada Kak Regan dan temen-temennya yang entah sejak kapan duduk di situ.
"Aku enggak ngeliatin dia."
"Kangen, Ra?"
"Dibilangin ih, aku gak ngeliatin dia."
"Tapi kangen enggak? Nanya doang."
"Enggak."
"Masa?"
APAAN SIH??
Gue memilih untuk enggak jawab, sebatas ngeliatin Rayyan sebel dan kembali ngehabisin nasi goreng di depan gue.
Kan, Rayyan emang gak semanis yang kalian kira. Rayyan tetep Rayyan yang nyebelin. Si nyebelin yang kemudian jadi cowok gue.
"Kasih tau ah, enak nih."
Gue langsung ngedongak, natap Rayyan panik. "Gak, apaan sih?"
Dan gue pikir dia bakal berhenti di situ, tapi nyatanya dia enggak.
Karena pas kita berdiri, Regan juga udah berdiri.
"Gan, Regan!"
Bangsat.
"Rayyan, ngapain sih?"
Tapi Rayyan ga sedikit pun ngeindahin gue, malah nyampein Regan yang udah ngehadap ke arah sini. Ngeliat ke Rayyan, kemudian ke gue. Senyuman kecil yang tiba-tiba muncul.
Pas dia balik badan, gue cuma gak bisa ngelakuin apapun selain ngeliat dia nanar sebelum akhirnya berlalu, ninggalin Rayyan di kantin dan balik ke kelas sendiri.
Hanya ada Aleena yang duduk di bangku sebelah gue, tangannya yang ngelus rambut gue setelah gue nelungkupin kepala di tengah tangan yang gue lipat di atas meja.
Dan juga enggak lama sampai suara Rayyan kedengeran lagi, manggil gue.
"Yara, maaf Ra."
"Lo apain?" Suara Aleena.
"Bercanda doang, ya Allah."
Gue langsung duduk tegak, "bercandaannya enggak lucu."
"Aku gak beneran ngomong ke Regan."
"Ya, buat apa juga bilang ke dia? Enggak penting, aku bahkan gak ngeliatin ataupun mikirin dia."
Rayyan langsung ngehela napas, ngeraih tangan gue.
"Yara, maafin dong."
"Iya-iya, terserah deh."
"Ra,"
"Iya, berisik."
Sebenernya gue enggak enak begini, cuma buat apa juga bawa-bawa Regan lagi ke kehidupan ini? Gue putus dengan baik-baik emang, tapi khusus-khusus bahas tentang apa yang gue lakuin ke dia itu enggak penting. Apalagi ini, ketika bahkan enggak ada sejumput pikiran tentang Regan hari ini.
Rayyan langsung berdiri, ngacak rambutnya asal dengan matanya yang masih natap gue, kemudian balik ke kursinya di belakang gue.
Dan enggak ada lagi pembicaraan di antara gue dan Rayyan setelah itu.
☀️ — 👑
Sepulang sekolah di hari itu, Arka ngajak gue untuk ketemuan. Ngide untuk jemput gue di sekolah mumpung sekolah dia jam pulang hari ini lagi sama kayak sekolah gue.
Berdiri di depan gerbang sekolah bareng Angkasa, enggak lama sampai laki-laki dengan jaket abu-abu yang sangat familiar.
"Yara,"
Gue hanya nengok, Rayyan yang mukanya rada tegang.
"Pulang naik apa?"
"Sama saudara aku."
"Ngapain?" Dahinya mengerut.
"Ya, ketemuan doang, Yan."
"Oh ...,"
Kemudian tangannya langsung terarah ke gue, ngasih satu plastik berisi bungkusan berisi berbagai gorengan.
"Cuma tahu, bakwan, cireng, sama risol. Banyakan risolnya."
"Buat apa?"
"Mau ngasih aja."
Gue gak bisa nahan senyum setelah itu, nerima plastik itu.
🥀 a.n ada yang mau kalian tanyain ke rayyan? apa aja selama masuk akal dan (kalau bisa) sebanyak mungkin. kalau aku berhasil ngelobi, mungkin rayyan bisa ngejawabin langsung🌞