Sebuah kebetulan atau ini memang takdir? Bahwa aku diharuskan untuk selalu terhubung dengan mu.
~Milenia
****
"Mah Mile pergi dulu!" Milenia mencium tangan Nida sebelum pergi bersama teman-temannya.
Dia kemarin telah berjanji jika minggu ini akan pergi bersama mereka untuk bisa saling mengenal satu sama lain, dan Nida tidak keberatan akan hal itu.
Nida merasa senang ternyata Milenia bisa beradaptasi dengan sangat baik, akhirnya dia merasakan bagaimana jadi seorang ibu dari anak perempuan.
"Iya, hati-hati di jalan ya. Terus pulangnya nanti tinggal telepon mama aja, biar nanti mama nyuruh Raka untuk jemput kamu."
"Oke mama, Mile berangkat ya! Assalamualaikum!"
"Wa'alaikumsalam!"
Milenia pergi bersama kelima temannya dengan menggunakan jalur kereta, karena jalanan Ibu Kota di hari libur seperti ini rawan macet. Mereka tak ingin jika waktu bermain mereka habis di jalan.
Setelah sampai, Milenia langsung berlari memasuki pusat perbelanjaan dengan senang.
Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, seraya tersenyum sambil menutup mata.
"Yampun.. kapan terakhir kali gue refreshing kaya gini?" ia menghembuskan napas lega.
"Hey! Gimana kalo kita mulai dengan belanja dulu?" tanya Vivian membuat Ataya langsung menolaknya mentah-mentah.
"Jangan! Mending kita ke timezone dulu baru belanja!" serunya.
"Kalo gue sih laper.. Pengen makan..." Ucap Sabrina seraya memegangi perutnya.
"Yee dasar perut gentong, padahal baru aja kita ngemil." Sabila menepuk perut Sabrina membuat gadis dengan rambut sebahu itu mengaduh kesakitan.
"Aw! Sakit Bila!!!"
"Mil, menurut kamu kita ngapain dulu?" Tanya Narima setelah pusing dengan pendapat teman-temannya.
"Mile pengen main dulu, pengen ngilangin stress. Jadi Mile pilih timezone!!" ucap Milenia penuh semangat.
Ataya yang mendengar pendapat Milenia langsung mendekatinya.
"Lo ter de best deh Mil!"
Akhirnya setelah paksaan dari Ataya supaya Vivian ikut bermain dan Sabrina yang ogah-ogahan merekapun pergi.
Vivian memaksa Sabila untuk mengambilkan boneka untuknya meskipun dengan terpaksa akhirnya Sabila mengabulkan permintaan Vivian.
Sedangkan Ataya dan Milenia bermain memasukan bola ke dalam ring, setelah Narima berhenti bermain sendiri dan malah ikut menunggu bersama Sabrina.
Milenia tidak bisa untuk berhenti tertawa ketika bola yang ia masukan selalu gagal masuk kedalam ring. Beberapa saat kemudian Sabila dan Vivian datang dengan Vivian yang membawa sebuah boneka panda.
"Ihh mau!" seru Sabrina ketika ia melihat boneka panda yang sedang dipeluk Vivian.
Vivian tersenyum puas. "Makasih Bilaku sayang!"
Sabila yang berada di sampingnya hanya bisa mengerutkan kening.
"Iya sama-sama, padahal gue pengen main bola basket." Kesal Sabila, sedangkan Vivian tersenyum cengengesan.
"Aduh Mile lapar nih, Makan yuk?!" ajak Milenia, kali ini perutnya berteriak meminta untuk diisi.
Sabrina yang mendengar kata makanan langsung merangkul Milenia dan membawanya keluar dari tempat bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka's Missions! [COMPLETED]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Is it possible to fall in love when all you know is hate? Milenia baru saja kehilangan Ayahnya, dan harus tinggal bersama keluarga Andara yang tak lain adalah keluarga Raka. Serangkaian rencana yang Raka susun untuk mengusir gadis itu...