33. Balkon

5.4K 297 5
                                    


Don't say you love me, just say you won't leave me.

~Milenia

****

Tok tok tok

Milenia menghentikan gerakannya menulis di atas buku. Ia menoleh ke arah pintu dengan bingung.

"Masuk, gak di kunci kok."

Raka masuk kedalam kamar dengan menenteng sebuah buku dan beberapa camilan. Kebiasaanya saat akan belajar bersama dengan Milenia.

"Lagi ngapain?" Tanya Raka. Cowok itu menyimpan camilan dan bukunya di atas meja belajar Milenia.

"Lagi belajar, gak liat?" Tanya Milenia balik, ia menjulurkan lidahnya ke arah Raka lalu mengambil satu snack kesukaannya.

"Dih, gue liat cuman gue nanya aja, siapa taukan lo lagi nulis diary lagi." Ucap Raka dengan nada mengejek membuat Milenia langsung menggeplak bahunya keras.

"Jangan macem-macem sama buku diary gue ya, kalo gak mau jambul lo ilang dari tempatnya."

Raka memegang jambulnya dengan wajah ngeri. "Iya-iya, dasar nenek lampir."

Milenia menoleh dengan cepat. "Apa?!"

"Eh? Bukan apa-apa kok hehe."

Raka segera berjalan menuju balkon kamar Milenia. Cowok itu menghirup udara malam dengan wajah tenang. Milenia yang melihat itu tanpa sadar langsung tersenyum.

Gadis itu ikut berdiri dan berjalan menuju balkon. Menghirup udara yang sama dengan perasaan tenang.

"Dari awal gue pindah ke sini, baru kali ini gue ke balkon kamar."

"Kenapa?"

"Gue gak suka balkon, kalo gue diem di balkon takut gak sendirian."

Raka mengernyit bingung. "Maksudnya?"

Milenia berdecak sebelum kembali berbicara. "Maksudnya gue gak suka diem di balkon karena gue takut ada hantu yang nemenin."

Raka tertawa ngakak mendengar perkataan Milenia, sedangkan Milenia sendiri langsung memberengut kesal.

"Lo takut sama yang begituan?" Tanya Raka tak percaya.

Milenia tak menanggapi pertanyaan dari Raka, gadis itu justru memilih duduk di balkon dengan wajah menengadah menatap hamparan bintang di langit. Ia menghela napas ketika bayangan masalalu tentang orangtuanya kembali teringat.

Raka ikut duduk di sebelahnya, menatap langit dan bintang-bintang yang bertebaran.

"Ayah.. selalu bilang kalo misalnya gue kangen sama dia, gue tinggal liat aja bintang. Ayah bakal ada di sana. Tapi sekarang gue liat di langit, bintang banyak tapi ayah dimana? Kenapa gue gak bisa liat?"

Raka menatap Milenia sebentar lalu kembali menatap bintang di langit. "Maksud Ayah lo mungkin anggap dia sebagai bintang. Dia akan selalu nemenin lo saat lo tidur nanti."

Milenia terdiam cukup lama. Ia benar-benar merindukan kedua orangtuanya. Andai saja mereka masih ada, mungkin Milenia akan tetap di Bogor. Dia tidak akan pernah berada di sini.

Raka's Missions! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang