36. Menjauh

5.7K 293 12
                                    

Seberapa keraspun pikiran menolak, hati tetap akan mengatakan cinta, jika memang kau cinta.

~Raka

****

Pada akhirnya, Raka kembali pulang ke rumah bersama kedua orangtuanya. Mereka terlihat marah dengan sikap Raka, tetapi cowok itu tentu saja tidak memperdulikannya, yang justru ia perdulikan sekarang adalah keberadaan Milenia.

Kemana gadis itu pergi? Saat ia telah sampai di rumah, Raka tidak menemukan Milenia berada di kamarnya atau dimanapun di sudut rumahnya.

"Raka! Apa yang kamu lakukan tadi?!" Sanjaya menarik Raka untuk berbicara empat mata.

Dan Raka hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi.

"Raka cuma bilang yang sebenarnya! Apa salah?"

"Tentu saja! Kamu bilang menyukai Milenia, di saat papa akan menjodohkan kamu. Apa kamu pernah berpikir bagaimana malunya papa dengan sikap kamu tadi?!"

"Iya! Dan Raka gak perduli! Karena semua yang papa lakukan buat Raka itu gak ada yang benar. Termasuk perjodohan tadi, apa pernah papa berpikir bagaimana perasaan Raka? Apa Raka bakal suka sama dia? Apa Raka udah suka sama orang lain? Papa gak pernah mikirin hal itu kan?!"

"Karena yang papa pikirin cuma reputasi papa! Jadi buat apa Raka mikirin papa kalau papa sendiri gak pernah mikirin Raka!" Setelah mengatakan hal itu, Raka pergi ke kamarnya meninggalkan Sanjaya yang tak sempat membalas perkataan anaknya.

Raka menghempaskan tubuhnya ke atas kasur seraya menghela napas berat. Cowok itu langsung mengeluarkan ponselnya, mencari satu nama dari sana sebelum menelpon seseorang.

Ia menunggu beberapa saat sampai suara operator menyambut telinganya, mengatakan bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif, hingga membuat Raka menggaruk rambutnya gusar.

"Sebenarnya lo lagi dimana Mil?"

Sedangkan Di Bogor, Milenia memasuki pelataran rumahnya dengan perasaan hampa. Sudah lama ia tidak berkunjung ke rumahnya yang dulu. Kenangan demi kenangan bersama orangtuanya kembali teringat dengan jelas.

Ia menginjakkan kaki menaiki anak tangga, setelah sebelumnya mengambil kunci rumah tersebut dari penjaga rumahnya. Pak Danto, penjaga rumahnya bahkan masih menyiram tanaman kesukaan ibunya di halaman depan.

Terlalu banyak kenangan yang tak bisa ia lupakan. Seberapa keraspun ia berusaha, bayangan ibu dan ayahnya masih terekam dengan jelas di ingatannya.

Milenia memasuki rumah dengan tangan gemetar. Merasa rindu sekaligus takut. Takut jika ia tidak bisa menahan air matanya nanti.

Hal yang pertama Milenia lihat saat ia membuka pintu utama rumahnya adalah kursi besar, tempat dimana dulu para tamu yang berkunjung duduk di sana. Bayangan saat ayahnya tengah berbincang serius bersama tamunya masih terekam dengan jelas. Sebisa mungkin Milenia menahan tangisannya.

Ia berjalan cepat menuju ruang kedua setelah ruang tamu. Di sana ruang keluarga menyambutnya. Seolah bagaikan film lama yang diputar ulang, semuanya terasa begitu jelas. Saat ibunya datang membawakan camilan beserta teh hangat untuk dirinya dan untuk ayahnya.

Raka's Missions! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang