15. Mata ke Hati.

6.9K 371 16
                                    


Jangan berikan aku harapan yang belum tentu bisa kau buktikan, Berilah aku kepastian agar aku bisa memberikan hatiku tanpa sebuah keraguan.

~Milenia

****

Perkataan Milenia semalam terus mengganggu pikiran Raka.

Apalagi ditambah sikap Sean kemarin yang tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk membongkar semua nya.

Raka berangkat ke sekolah seperti biasa ditemani Milenia, namun yang berbeda tidak ada lagi candaan atau sapaan yang mereka keluarkan. Ini bahkan lebih buruk dari saat Raka membenci Milenia.

Kecanggungan terlalu jelas mereka rasakan. Milenia bahkan beberapa kali berdeham hanya untuk menghilangkan rasa canggung tersebut.

"Ehem!"

"Ehhem!"

"Eh--"

"Kalo batuk di obat, gimana si."

Milenia menatap Raka yang sedang berjalan di depannya. Ingin rasanya dia menjambak jambul cowok itu.

Dasar cowok, di mana-mana gak ada yang peka.

Milenia diam tidak menjawab, ia hanya menggerutu kesal di dalam hati. Sampai akhirnya mereka sampai di kelas.

Sabrina yang melihat Milenia datang langsung menyapanya.

"Hei Mil!"

Milenia menoleh namun ia kembali menunduk setelah ia duduk di bangkunya.

"Kenapa lo?" Tanya Sabrina.

"Engga kok, hehe." Ucap Milenia ia tersenyum menunjukan giginya.

Beberapa saat kemudian guru datang dan kelas pun dimulai. Guru kesenian memberikan materi di mana semua murid akan berpasang-pasangan lalu mulai menunjukan penampilan mereka.

Milenia dan yang lainnya mengeluh tidak suka. Pasalnya dia benar-benar buruk dalam hal seperti itu.

"Baiklah, bapak akan mulai menyebutkan nama-namanya sekarang."

Raka menatap Milenia dari bangkunya, ia berharap tidak berpasangan dengan cewek itu. Jika tidak maka semuanya akan kacau.

"Robi dengan Narima, Zico dengan Vivian,"

"Ebuset gue sama si monster bedak!" Celetuk Zico membuat Vivian yang tidak sengaja mendengarnya langsung bersungut-sungut kesal.

"Apa lo bilang?! Monster bedak?! Awas ya lo!"

"Dia emang bener kali Vi," Ucap Ataya, sedangkan Vivian hanya menatapnya tajam.

Guru kesenian selesai menyebutkan nama-nama murid yang akan berpasangan.

"Apa ada yang namanya belum disebutkan? Yang belum bisa mengacungkan tangannya."

Milenia yang merasa belum tersebut langsung mengacungkan tangannya.

"Oh ada dua ya yang belum tersebut? Eh tiga?"

Milenia menolehkan kepalanya mendengar perkataan guru. Ia berpikir memangnya siapa saja yang namanya belum disebut.

Pandangan Milenia berhenti pada Sabila yang sedang mengacungkan tangannya, Milenia bernapas lega setidak nya masih ada kemungkinan ia tidak di pasangkan dengan murid laki-laki. Namun baru saja ia bernapas lega, pandangnnya telah berpindah pada Raka.

Saat itu juga ia tersenyum kecut, melihat Raka juga mengacungkan tangannya.

"Eh pak! Saya belum disebut pak!" Kenzo berteriak dari bangkunya.

Raka's Missions! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang