41. Ini Bukan Akhir

6.9K 303 12
                                    

We were just kids when we fall in love. Not knowing what it was.

~Raka

****

Tak pernah Milenia merasa sangat ingin berterima kasih kepada seseorang untuk sebuah hal yang tak pernah bisa dijelaskan.

Sesuatu yang sangat sulit dijelaskan oleh kata-kata, sesuatu yang sempat membuatnya ketakutan. Meskipun Milenia tahu, ketakutannya suatu saat nanti akan terjadi. Tapi setidaknya hal itu tidak terjadi sekarang.

Ia masih memiliki banyak waktu untuk memperbaiki semuanya. Sebelum waktunya tiba.

Melihat orang yang telah rela berkorban demi ketakutannya, Milenia tak tahan untuk menitikan air matanya.

Di hadapan semua orang, Milenia menangis tersedu-sedu. Tak pernah membayangkan kejadian seperti ini akan terjadi padanya. Seseorang mencoba menguatkan dirinya, tapi itu tidak bisa menghentikan air mata yang terus berderai, berjatuhan.

"Udah Mil, ikhlasin.." Sabrina terus mengusap punggung Milenia, lembut.

"Gue gak bisa Sab," Milenia tergugu, ia menyimpan wajahnya di cerukan leher Sabrina.

Ataya yang berada di sisinya mengelus puncak kepalanya, sama-sama ikut menguatkan.

"Lo bisa Mil, jangan terus nangis. Gak baik."

Milenia menghembuskan napas berat, ia mendongak untuk menatap pusara itu sekali lagi.

"Dia udah banyak berkorban buat gue.."

".. Dan Raka." Lanjutnya.

Narima mengangguk setuju. "Dia datang di waktu yang tepat Mil, seharusnya kamu jangan nangis. Tapi bahagia. karena dia, Raka bisa selamat."

Milenia menghela napas. Ya, Raka selamat hari itu. Masih ingat dalam pikirannya bagaimana dia menangis tak terima saat menerima kenyataan bahwa Raka harus menjalani operasi, jika tidak maka nyawanya bisa terancam. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa dilakukan.


Saat dokter keluar dari ruangan, Milenia menaruh harapan yang sangat besar pada dokter itu. Berharap bahwa Raka baik-baik saja. Namun penjelasan dari dokter langsung menghancurkan satu-satunya harapan yang ia punya.

***

"Begini, anak bapak harus ditangani dengan cepat, jika tidak akan sangat kecil kemungkinan untuk dia bisa selamat. PPOK yang diderita anak bapak sebenarnya belum tahap lanjut, jadi masih bisa di sembuhkan. Meski hanya sepuluh persen kemungkinan selamat, tapi setidaknya itu bisa membantu." Milenia membeku di tempat, mendengar kata masih ada kemungkinan.

"Jadi, anak saya.."

"Tolong selamatkan anak saya dokter! Tolong selamatkan anak saya.." Milenia melihat ayah angkatnya memohon seraya menangis.

"Maaf.." Dokter itu menatap Sanjaya sendu, membuat Milenia langsung meraung tak terima.

"RAKAA!!"

"Sudah saya bilang, anak bapak bisa selamat hanya dengan transplantasi, tapi--" Dokter itu menggantungkan kalimatnya saat seorang suster datang tiba-tiba dengan wajah khawatir.

Raka's Missions! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang