aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan.
.
Sejak umurnya lima, cacian adalah senandung yang terpaksa menjadi makanan sehari-harinya. Ia tak pernah bertanya apa artinya. Apa maksud dari semua cacian yang tak dimengertinya saat itu. Yang dia ketahui, orang yang kala itu mencacinya marah. Ayah mencacinya karena marah. Marah besar, tapi ia tidak tau mengapa.
Hebatnya, dia hanya diam saat semua mulai mencacinya. Dia hanya menunduk saat ayah menyumpahinya. Dia hanya mengepalkan tangan saat sang ayah menamparnya. Namun malam harinya, ia menangis dipelukan ibu.
Iya, ibu─satu-satunya yang masih mencintainya hingga saat ini. Orang terakhir yang bersedia memeluknya kala yang lain berusaha membunuhnya. Itu ibunya. Ibu Park Jimin, satu-satunya. Jimin mencintainya, sangat.
Kerap kali, dirinya bertanya. Tak ditujukan pada siapapun. Ia hanya bertanya. Perihal cacian ayahnya dikala itu─katanya, dia tak seharusnya dilahirkan. Tak seharusnya diciptakan. Tak seharusnya ada di dunia ini. Katanya, dia tidak pantas berada di sini. Kehadirannya memuakkan, merugikan semua orang.
kenapa begitu?
Kenapa─kenapa dia yang disalahkan, sedang ia pun tak pernah memohon pada Tuhan, tak pernah mengemis untuk dilahirkan dari rahim sang ibu? Pun ibunya tak pernah meminta anak yang dibenci sepertinya. Ibunya tak memohon pada Tuhan untuk diberikan anak sepertinya.
Jimin paham, ia mengerti. Seratus persen mengerti jika ia memang seharusnya tak berada di sini. Jika ia tidak seharusnya dilahirkan.
tapi ini bukan salahnya, kan?
Ah, benar. Memangnya siapa─siapa lagi yang pantas disalahkan selain dirinya?
to be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
❛anxiety❜ ─ pjm.
FanfictionSometimes─many times, it kills you. it kills me. [Bahasa] ; Mature for language, violence, etc. ─2018, Bwikuk.