─b,

723 149 12
                                    


"Jimin, Jimin!" Dengan semangat─seperti biasanya─, Taehyung menghampiri Jimin yang duduk sendiri di ruang kelas.



Tepat, ini masih satu jam sebelum bel berbunyi tapi Jimin sudah berada di tempat duduknya. Kebiasaannya sejak kelas pertama, ia datang paling awal karena enggan melihat ibunya terlalu lama atau ia kalut sendiri mengingat kejadian di malam harinya. Tapi itu dulu. Sekarang, ia datang paling pagi bukan karena hal itu. Melainkan karena ini sudah menjadi kebiasaannya, dan Taehyung juga ikut-ikut terbiasa karena Ia harus siaga menghadapi 'panik pagi hari' Jimin.



"Apa, pacar?"

Taehyung mengedip takjub. "Whoa, kita pacaran?!" Serunya seperti anak gadis yang baru dipacari oleh senior tampan.

"Tidak, tidak." Jimin mengibaskan tangannya lalu tertawa saat melihat wajah Taehyung yang cemberut. "Apa? Kau mau jadi pacarku sungguhan?"

"Tidak juga, sih. Kau tidak manis," komentar Taehyung sambil menghempaskan tubuhnya di kursi.

"Tapi kau manis, Taehyung-ah."

Kini, giliran Taehyung yang merinding. Ia langsung melempar Jimin dengan buku yang seharusnya ia gunakan sebagai kipas. "Menggelikan!"

Jimin tertawa lagi. "Tuh, enak tidak digoda teman sendiri?"

"Tidak, yang enak itu menggoda teman sendiri."

"Huu, dasar taetae manis!" Sorak Jimin sambil melempar buku Taehyung kembali. "Sana kerjakan PRmu. Pasti belum kau kerjakan, kan?"

Taehyung mendengus. Tapi saat mendengar kalimat selanjutnya, ia menunjukkan cengirannya. "Kau tahu aku, Jimin-ah. Aku boleh liat PRmu, ya? Ya ya ya?" Lalu ia memandang Jimin dengan tatapan yang membuat Jimin merinding lagi.

"Ya Tuhan, kau benar-benar mau ku pacari ya? Kau seperti gadis!" Protes Jimin sebelum melemparkan bukunya. "Tuh, salin saja."

"Aaaaaaa! Jimin-ie yang terbaik!"

"Taehyung, kau benar-benar seperti seorang gadis."


Tak lama, keduanya terbahak. Taehyung menggelengkan kepala lalu berkata ia hanya bercanda, dan Jimin bergumam kalau ia jelas mengerti. Setelahnya, Taehyung mulai melakukan pekerjaan 'mari menyalin tugas Jimin' dengan suka cita.





Ah, suasana kelas tanpa murid-murid lain memang yang paling terbaik.






Berbeda lagi kalau kelas sudah dipenuhi manusia lain selain mereka berdua.







"Hei, lihat! Taehyung dan Jimin berduaan di kelas lagi!" tuh, kan.

"Hah? Kan mereka memang begitu dari kelas satu."

"Jadi mereka berpacaran sejak kelas satu?"

"Bisa saja.."

"Mereka berciuman juga? Hiiii─dasar gay menjijikkan."

"Apa? Taehyung yang tampan itu gay? Astaga, pantas saja dia menolak pernyataan cinta gadis cantik di kelas sebelah!"

"Hah, dia menolaknya?"

"Pasti dia menolak gadis itu demi Jimin. Menjijikkan sekali."






Taehyung menghela nafas kasar. Diliriknya Jimin yang terlihat tenang di sebelahnya. Tapi dengan jelas, Taehyung dapat melihat gurat kepanikan di matanya. Merasa Jimin masih bisa menanganinya, Taehyung kembali diam. Ia mengetuk-ketukkan pulpennya di meja, mengabaikan berbagai tatapan jijik sampai benci yang dilayangkan ke arahnya. Ia juga berhasil menulikan diri dari komentar-komentar tidak jelas.


Tapi seperti biasa, Jimin pasti tidak bisa begitu. Jimin payah dalam mengabaikan, dan itu membuat napasnya terasa berat.



Taehyung menyadarinya. Ia menyenggol meja Jimin dengan kakinya, membuat kawannya itu menoleh. "Kau mau pergi?" Ucapnya tanpa suara.

Jimin menggeleng. Ia melirik jam yang tergantung di depan kelas.

Ah, Taehyung mengerti. Sebentar lagi bel masuk, dan Jimin tidak ingin membolos. "Tenangkan dirimu. Aku baik-baik saja." 

Jimin mengangguk, mengerti ucapan Taehyung meski ia tak mendengar suaranya. 


Sejujurnya Jimin benci begini. Ia benci terlihat lemah, ia benci terlihat tak berdaya. Tapi keadaannya membuat ia tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ia juga tidak mengerti kenapa Ia terlalu mudah panik, kenapa ia merasa dadanya sesak bukan main hanya karena hal-hal kecil. Ia tidak mengerti mengapa ia tidak bisa menyembunyikan kepanikannya dengan mudah. Tapi setidaknya, ia sudah bisa mengontrol diri sedikit demi sedikit, setidaknya sampai jam pelajaran berakhir.





"Aku ke kamar mandi." Gumamnya sebelum beranjak dari tempatnya. Tergesa, berjalan keluar kelas dan tanpa sadar ia membiarkan Taehyung melihat benda yang harusnya ia sembunyikan.




Taehyung tersenyum getir. 'Jimin-a, kapan kau mau berhenti menyakiti dirimu sendiri?'


to be continued.

❛anxiety❜ ─ pjm.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang