benar, lebih baik aku mati saja
.
Beberapa minggu setelah dirawat, akhirnya Jimin dibolehkan pulang. Ia kembali berada di kamarnya, kembali menggunakan kamar mandi yang pernah digunakannya untuk menyayat nadinya sendiri. Ah, mengingatnya membuat Jimin tertawa sendiri. Tertawa atas kebodohannya, karena ia tidak berhasil merenggut nyawanya sendiri.
Ibu bersikap lebih protektif padanya sejak saat itu. Mengecek kamarnya setiap malam, membubuhkan satu kecupan di keningnya sebelum tertidur, menyiapkan sarapan dan bekal makan siang lengkap untuknya, dan masih banyak lagi. Jimin bersyukur, selain hal-hal itu, ia juga tidak mendengar suara aneh dari kamar ibunya lagi.
Sedikit demi sedikit, ia merasa tenang. Dan beberapa hari kemudian, ia meminta izin kepada ibunya untuk kembali bersekolah. Awalnya sang Ibu menolak, mengatakan bahwa Ia masih perlu istirahat. Tapi Jimin berhasil meyakinkan Ibunya bahwa ia baik-baik saja, dan Ibu mengizinkannya setelah itu.
Hari pertama ia sekolah, Taehyung menyambutnya dengan sedikit berlebihan. Ia memeluk Jimin erat sekali─untung saja tidak banyak yang memperhatikan. Dan Jimin hanya membalas dengan senyuman.
Tapi saat ia berniat untuk bicara, cepat-cepat niatnya diurungkan. Tepat saat salah seorang murid di kelasnya berseru,
"Oh, kau masih hidup? Padahal ku harap kau mati, kalau perlu bersama Ibu Pelacurmu itu, HAHAHAHA!"
Jimin tetap tersenyum. Jimin tersenyum, tapi Taehyung tidak bisa menahan amarahnya.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
❛anxiety❜ ─ pjm.
FanfictionSometimes─many times, it kills you. it kills me. [Bahasa] ; Mature for language, violence, etc. ─2018, Bwikuk.