Sudah dua, atau mungkin tiga minggu─nyaris satu bulan Jimin terbaring di tempat yang sama. Masih dengan peralatan yang sama─Infusnya baru diganti tadi pagi, elektrokardiogram masih setia bernyanyi di sebelahnya.
Sama halnya dengan Kim Taehyung.
Yang masih setia menunggunya bangun. Setia terlelap di sofa sepulang sekolah. Setia menggumamkan pelajaran-pelajaran yang diterimanya di sekolah selama Jimin masih sibuk terpejam. Dalam hati, Taehyung penasaran.
Apa yang dimimpikan Jimin?
Apa yang membuat Jimin betah tidur berlama-lama di atas ranjang yang tidak lebih empuk dari kasurnya di rumah?
Kenapa Jimin tertidur lama sekali?
Lama kelamaan, pertanyaan itu membuat Taehyung mengantuk. Ini terlalu awal untuk tidur, tapi Taehyung tetap merebahkan tubuhnya di sofa. Mencari posisi paling nyaman, lalu memejamkan matanya sebelum berkelana ke alam mimpi.
Taehyung tertidur. Niatnya menemani Jimin tidur, tapi sayangnya ia tidak bisa tidur selama itu.
─
Satu jam, tepat satu jam sebelum hari berganti di dini hari, Park Jimin menggerakkan jemarinya. Dilanjutkan dengan kelopak matanya yang perlahan terbuka. Tapi Taehyung masih tertidur, ia tak menyadari Jimin tengah berusaha menetralkan pengelihatannya kala cahaya menyelinap masuk dari kelopak mata yang mulanya tertutup. Pun saat Jimin menatapnya dengan tatapan—entah apa; Taehyung masih belum tersadar.
"Taehyung-ah?"
Jimin hanya berbisik. Tapi Taehyung langsungterlonjak, refleks menoleh ke arah ranjang. Dan ia nyaris lupa caranya bernapas—terkejut, takpercaya. Jimin terbangun.
Jimin terbangun.
Tuhan mengabulkan doanya.
"Taehyung.. Kenapa kau juga ada di surga? Aku─sudah mati, kan?"
Tapi bukan kalimat itu yang ingin Taehyung dengar dari bibir Jimin untuk yang pertama kalinya.
to be continued.
aku double update nah, biar rindu kalian sedikit lebih banyak terbayar─terbayar belum?
aku rindu kalian juga loh, sini peluk;)
KAMU SEDANG MEMBACA
❛anxiety❜ ─ pjm.
FanfictionSometimes─many times, it kills you. it kills me. [Bahasa] ; Mature for language, violence, etc. ─2018, Bwikuk.