aku tidak butuh teman.
aku membutuhkan Taehyung─hanya Taehyung..
Mungkin, jika Taehyung tidak memergokinya menyayat lengan di kamar mandi sekolah saat itu, ia tidak akan pernah selamat. Barang kali kehabisan darah, atau infeksi karena lukanya terbuka tanpa pengobatan yang benar.
Mungkin, jika Taehyung tidak mengerti dirinya lebih dari apapun, kulitnya sudah dipenuhi sayatan tanpa larangan dari siapapun. Tapi Taehyung selalu─terlalu paham. Taehyung selalu tahu jika ia menyembunyikan sesuatu. Taehyung selalu tahu tempat 'baru'nya meski ia tidak memberi tahu. Taehyung selalu tahu jika ia berbohong. Taehyung selalu mengerti.
Sebenarnya, Jimin iri. Ia ingin sedewasa Taehyung, meski orang lain melihat Taehyung lebih kekanakan dibanding dirinya. Ia ingin sekuat Taehyung, meski ia pun tahu Taehyung menyimpan beban yang sangat berat karenanya. Ia ingin bisa melindungi seperti Taehyung, bukan menjadi orang lemah yang hanya bisa dilindungi.
Tapi setiap ia berpikir begitu, Taehyung selalu menggenggam jemarinya. Lalu dibisikkannya satu kalimat yang membuat Jimin mengerti, bukan hanya Taehyung yang andil di sini.
"Aku yang seharusnya iri padamu, Jimin. Jika jadi kau, mungkin aku tidak sekuat itu."
Namanya Kim Taehyung. Dan Jimin bersyukur, Tuhan masih berbaik hati untuk mempertemukannya dengan Taehyung.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
❛anxiety❜ ─ pjm.
FanfictionSometimes─many times, it kills you. it kills me. [Bahasa] ; Mature for language, violence, etc. ─2018, Bwikuk.