─c.

550 132 67
                                    


Hal terakhir yang Jimin ingat adalah ia berada di kamarnya, lalu ia jatuh pingsan di sana. Tapi yang dilihatnya saat ini jauh berbeda. Ini bukan kamarnya. Atau tepatnya─ini bukan rumahnya.

Dia tidak ingat apa yang terjadi. Tidak tahu menahu kenapa ia berada di sini, sejak kapan ia berada di sini, bahkan ia pun tidak tahu ini di mana. Ia mulai ketakutan. Panik. Napasnya mulai terputus-putus. Tapi semuanya hilang begitu ia mendengar suara yang familiar dari balik pintu.

Itu suara ibunya, dan─tunggu,





Ayah Taehyung?







"Aku sudah lelah sekali, Kim. Aku lelah sekali." Itu suara ibunya, dan dia menangis.

"Tapi dia anakmu, ya Tuhan. Bagaimana bisa─"

"KU MOHON─ku mohon.. Aku tidak bisa lagi tinggal bersamanya.."

Helaan napas terdengar. "Baiklah, baiklah. Jika kau memang mau membuang anakmu ke sini, baiklah."






tunggu, apa?




membuang?





Ibu, membuangku?






"Terima kasih─terima kasih Kim, ya Tuhan. Aku beruntung mengenal orang sebaik kau dan istrimu. Terima kasih." Dan penutupnya, terdengar suara langkah kaki menjauh dan suara pintu terbuka─lalu tak lama tertutup kembali.





Tapi tunggu..



Tunggu dulu, apa maksudnya semua ini?








"Jimin? Ah, kau sudah terbangun."

Jimin refleks menoleh, dan mendapati ayah Taehyung berdiri di ambang pintu. "Tuan─uh, ayah..?"

"Hei, bagaimana keadaanmu? Kau mau ku ambilkan air minum?"

Jimin menggeleng. "Taehyung─ini, kamar Taehyung?"

Kali ini, ayah Taehyung yang menggeleng. "Bukan, Jimin. Kamar Taehyung di sebelah, ini kamarmu─mulai hari ini."

"Mulai... hari ini?"

"Benar, Jimin. Mulai hari ini, kau bagian dari keluarga ayah─keluarga Taehyung." 





Berbanding terbalik dengan suara ayah Taehyung yang dibuat sesemangat mungkin, Jimin justru tersenyum getir. Air matanya menggenang di pelupuk, tapi ia lebih ingin melihat darah yang mengalir, bukan likuid tak berwarna dari matanya.







"Ah, aku dibuang ya, ayah?"





Dan ayah Taehyung tidak tahu harus merespon apa, harus berbuat apa, pun harus berekspresi bagaimana. Yang ia tahu, sahabat karib dari anak semata wayangnya ini kembali hancur─berkeping-keping, tak berbentuk lagi.


to be continued.


Sori karena part 'nine' ini pendek-pendek banget. Aku ngebet pengen bikin Jimin dibuang HEHEHEHE MAAF JIMIN )))):

And anyway, aku kepikiran mau sedikit banyak memanjangkan tiap part. How's it sounds!?
Rencanaku mau mulai dipanjangin di part 'eleven' tapi ga janji, tapi tetep diusahakan!

But im gonna make a vote first, untuk menjunjung tinggi ke adilan, asek.
Just reply which one you like!


Short part (as usual)


or


Long part (a plan)


make your choice, aku mengikuti dan mengusahakan yang terbaik!

❛anxiety❜ ─ pjm.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang