Rindu

117 11 0
                                    

Aku tidak tahu, rindu adalah sebuah keindahan atau kesalahan. Karena sejak merindukannya, aku tidak bisa mengontrol egoku. Rindu itu menyesakan dada dan menguras pikiran. Lebih baik tidak merindu, dan tetap ada di jarak pandang yang dekat.

***
Padahal hari ini di sekolah aku sibuk sekali. Banyak pr yang belum aku kerjakan. Bel pulang sekolah terdengar. Seluruh siswa dengan sigapnya membereskan meja. Namun aku langsung menelpon Angga. Lagi-lagi tidak ada jawaban darinya. Sejak semalam dia tidak membalas pesanku, aku tahu kesibukannya dan aku juga tahu perbedaan waktu kami aku tahu banyak hal tapi tetap tidak memahami.

Edward menepuk pundakku.
"Sar duluan ya." Lalu dia menggendong tasnya dengan satu tangan berjalan keluar dari kelas. Satu persatu siswa keluar dari kelas. Beberapa menyapaku sebelum pulang. Aku menarik napas dan menelpon Karin.

"Rin ada acara nggak?"

"Nggak ada kok. Kenapa sayang?" jawab Karin dari seberang sana.

"Makan siomay mang dede yuk Rin."

"lagi nggak ada orang ya di rumah lo?"

"iya.. Gue kelaperan nih.."

"ayuk deh.. Mama gue juga lagi nggak masak.."

"Lo mau langsung kesana?"

"Sar bareng aja. ini gue di depan pintu kelas lo." Karin melambaikan tangannya. aku langsung bergegas menghampiri Karin. 

***
Aku dan Karin sudah langganan makan di tempat ini. Namanya siomay mang dede. Tempatnya bersebelahan dengan Indomaret dekat sekolah kami. Walaupun hanya makanan gerobak, tapi siomay bandung ini selalu ramai oleh pembeli. Karin selalu berhasil membuatku senang. Dia pendengar yang baik. Tapi rasa gundah dalam hatiku tetap saya tidak bisa hilang.

Karin bilang kalau aku sekarang ini menjadi lebih posesif. Itu tidak terlalu baik dalam hubungan. Tapi mungkin saja hal ini terjadi karena aku dan Angga masih beradaptasi pada situasi.  Karin tidak membenarkan perbuatanku. Tapi dia juga tidak menyalahkanku. Sekarang tinggal keputusanku dalam bersikap. Selesai makan aku dan Karin harus menyebrang sebelum masuk angkot menuju rumah kami masing-masing.

Karena hari itu aku tidak fokus, saat menyebrang aku hampir tertabrak. Dengan sigap Karin menarikku.
"SAR?!?"

Kesadaranku belum pulih. Aku masih kaget karena kejadian ini.

***

Saat ini sudah pukul 11 malam disini. Angga masih belum membalas atau mencoba menghubungiku.

Sudah hampir satu bulan kami berpisah jarak. Tapi aku dan Angga belum bisa beradaptasi dengan baik. Keadaan ini ternyata cukup mengusik konsentrasiku.

Terdengar suara ponsel. Ada nama Angga di layar ponselku.

"Halo Cip??"

"Maaf ya.. aku lagi di jalan mau balik apartemen tadi."

"kamu habis dari mana ?"

"habis kerja kelompok Sar. Lagi banyak banget tugas. Maaf ya baru bisa hubungin kamu." suara Angga terdengar lelah.

"Sampai subuh?"

"iya.."

"Sama siapa aja?"

"Sama temen-temen biasa."

Aku menangis.

"Sar...?" suaranya melembut..

"aku iri sama temen-temen kamu."

"My Purple Goodbye"  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang