Langit Kelabu

82 6 0
                                    

Hari ini aneh. Di tempat ramai, kamu malah terdiam tanpa minat bergabung berbicara bersama kami. Kamu tidak seperti biasanya, Angga.

***

"Sarah, turut berduka cita ya," kata salah satu teman lamaku sambil menepukku.

Tepukannya terasa seperti diiringi sebuah kepalan di bahu kiriku.

Ucapan itu terdengar aneh untukku. Aku tidak merasa kehilangan. Mungkin, aku sudah gila.

Aku tidak terisak karena otakku terus berpikir bahwa ini hanya mimpi, walaupun aku tengah menghapus sisa air mataku. Rangkulan tangan Angga di pinggangku masih terasa. Bahkan, hangat tubuhnya pun masih melekat padaku.

Aku tersenyum melihat Angga yang juga tersenyum. Akhirnya, Angga terbebas dari penyakitnya yang membuatnya menjerit setiap malam. Entah, aku masih bingung, apa aku harus tersenyum atau harus menangis sekarang. Perasaan aneh yang kurasakan benar-benar aneh. Aku merasa sakit sekaligus bahagia di tempat dan waktu yang sama.
Aku masih setia berada di sebelah persegi panjang yang mewah tempat kekasihku berbaring.

***

Angga, hari ini ada yang berbeda dari kamu, Sayang. Di depan fotomu terpasang lilin putih, Sayang. Lilin indah yang diharapkan dapat memberikanmu cahaya. Angga, mulai besok aku tidak bisa melihatmu lagi. Bahkan, untuk sekedar mendengar kabarmu, tidak akan pernah lagi terjadi.

Angga, difoto itu kamu sedang tersenyum. Apa kamu sudah bahagia? Apa kamu sudah tidak merasakan sakit lagi? Angga, maafkan aku karena terlalu lama berusaha menahanmu.

Angga, kamu lihat? Hari ini semua menangis. Menangisi kamu, Sayang. Kamu tahukan betapa berartinya kamu di sini? Sayangnya, kamu mengecewakan kami. Kamu terlalu cepat meninggalkan kami, Sayang...

Cairan bening itu kembali mengalir di pipiku seiring dengan embusan napasku yang kian sesak.

"My Purple Goodbye"  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang