Jadwal perkuliahan yang sangat menyita waktu dan tugas-tugas yang menggunung membuat aku dan Edward sulit untuk bertemu. Bagiku, menjadi mahasiswa cukup berat. Mungkin karena baru saja menjadi mahasiswa sehingga masih harus beradaptasi dan belajar mencari waktu yang pas untuk mengerjakan tugas.
Fakultasku tidak seberapa jika dibandingkan dengan kesibukan di fakultas Edward. Aku tidak mengerti dengan apa yang Edward kerjakan tapi aku tahu kalau yang dikerjakannya adalah sesuatu yang berhubungan dengan kerumitan. Bahkan, ketika weekend ia masih sibuk mengurus tugas-tugasnya di kampus. Kami benar-benar sangat sulit untuk bertemu.
Akhirnya, aku belajar mencintai Edward. Aku harus..
***
Aku berjalan di lorong kampus menuju ruang dosen untuk berkonsultasi mengenai tugasku. Aku berjalan bersama Dini, rekan kelompok studiku.
Terdengar suara dering dari ponselku.
"Halo, Sar? Di mana?" tanya Edward melalui sambungan telepon.
"Lagi mau ketemu dosen nih," balasku.
Sambungan terputus. Aku ragu untuk menelponnya kembali, akan lebih baik menghubunginya jika aku sudah selesai dengan urusanku. Aku segera bergegas menemui dosen di ruangannya.***
"Halo, Dward?" Aku menelepon Edward setelah menemui dosen.
"Iya? Udah selesai?"
"Udah kok, kenapa?"
"nonton yuk?"
"Sorry, kayaknya nggak bisa pergi hari ini. Soalnya ada revisi tugas. Deadline-nya malam ini, Dward."
"Oh... ya udah nggak apa-apa. Masih di kampus?"
"Iya.. tapi kayanya mau ke kafe dekat kampus sama kelompok gue, mau selesain revisi."
"Oke deh. Nanti kalau udah selesai gue jemput ya."
"Nggak usah, Dward, nanti nebeng Dini"
"Oh, gitu. Yaudah yang bener ngerjain tugasnya. Jangan kalah nilainya sama gue"
"Ih nyebelin, ip gue kan selalu di atas lo!" Kataku meledek sambil tertawa.
"hahaha iya.. gue lupa. Yaudah deh nggak mau ganggu. Bye Sar.."
Lagi-lagi aku menolak untuk pergi bersama. Edward pasti kecewa.
Bagaimana cara membangun hubungan yang lebih baik lagi? Tanyaku dalam hati. Sepertinya, besok aku harus menemuinya untuk meminta maaf dan mencari cara untuk dapat bertemu lebih sering.
Aku masih ingat dulu, kami terasa asing hingga akhirnya kami mengawalinya dari sebuah persahabatan. Lambat laun, rasa asing itu berubah menjadi rasa nyaman. Namun, akhir-akhir ini aku sering mengecewakan Edward.
Saat itu, untuk bertemu dengan Edward cukup sulit. Fakultas teknik yang diambil Edward cukup menyita waktunya, sehingga weekend pun ia harus mengurus tugas kampusnya.
Itu menjadi salah satu alasan mengapa kami jarang sekali bertemu. Tapi setiap ada waktu, Edward selalu langsung menghubungiku. Jika sempat dia akan langsung mengajakku untuk pergi bersama. Aku sangat merasakan usaha keras yang dia lakukan untuk hubungan ini. Disini aku merasa kurang berusaha. Aku takut Edward lelah denganku dan menyerah.Sepertinya besok aku harus menemuinya untuk meminta maaf dan mencari cara untuk dapat lebih sering bertemu.
Terimakasih Tuhan besok adalah hari Jumat.
***
Jumat, pukul 4 sore, Edward menjemputku. Seperti biasa, sebelum kami pergi Edward selalu meminta ijin kepada seisi rumahku, termasuk Bi Sum. Bahkan, Bi Sum lebih sayang kepada Edward dibandingkan kepadaku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Purple Goodbye" [COMPLETED]
Romansa[CERITA TELAH SELESAI] Sarah Regina, adalah seorang pecinta senja seperti kebanyakan gadis diusianya. Dia juga memiliki senjanya sendiri yaitu Angga Bagas Sucipto. Laki-laki yang membuat semua waktunya terasa lebih berarti juga laki-laki yang membu...