Ada beberapa hal yang harus aku syukuri. Meski keadaan tidak sebaik yang kuinginkan, tetapi setidaknya aku masih dapat melihat Angga.
Memandangan wajahnya, menggenggam tangannya, dan mendengar suaranya. Kebersamaan yang selalu kurindukan, kini telah kembali dan tidak lagi kutangisi.
***
Aku tengah memotong kuku Angga yang mulai memanjang. Sebelumnya, aku meminta Tante Ria pulang ke rumah untuk beristirahat.
Urusan Angga, biar aku yang menjaganya. Aku telah berjanji kalau aku tidak akan menangis. Aku akan tertawa sepanjang hari dan menikmati hari bersama Angga. Lagipula, esok lusa Angga sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan kondisi Angga yang hampir pulih. Sel kankernya sudah mengecil dan tidak lagi menyebar.
Sepanjang hari, Angga menatap wajahku sambil tersenyum membuatku berkata "aku lebih cantik kan sekarang?"
Aku menceritakan banyak pengalamanku di kampus. Angga sedikit terkejut karena aku mengambil jurusan Psikologi. Dulu, aku sangat ingin mengambil jurusan Kedokteran, tetapi nilai kelulusanku kurang memuaskan. Hal itu tidak mungkinkanku masuk ke jurusan Kedokteran.
***
"Kamu nggak laper?" tanya Angga.
"Belum. Oh, iya, hari ini Karin sama Edward mau datang."
"Beneran?" Wajah Angga tampak sangat senang. "Emangnya aku suka bohong?" tanyaku meledek. "Nggak sih."
"Udah selesai motong kukunya. Rapi kan?" Aku sengaja mewarnai kuku Angga dengan cat kuku berwarna ungu milikku.
"Ternyata bagus juga," ujar Angga tertawa geli. Raut puas tercetak jelas di wajahnya. "Sar, aku bikinin sesuatu buat kamu."
"Buatin apa, Cip?" tanyaku bingung.
"Hmm... boleh tolong ambilin kotak itu nggak?" Angga menunjuk sebuah kotak berwarna ungu sedikit gelap berkilauan dengan pita yang menghiasi kotak itu.
"Yang ini?" Aku meraih kotak yang di maksud Angga. "Iya. Bawa ke sini, Sar."
"Apa ini?" Aku menyerahkan kotak itu pada Angga. "Itu buat kamu," ujar Angga sambil membuka kotak itu. "Kartu Pertolongan Pertama Pada Cinta dari Angga."
"Hah?!"Aku terkejut tak menyangka kalau Angga membuat Kartu Pertolongan Pertama Pada Cinta.
Angga tertawa kecil. "Ini aku yang buat. Di bantu Mama juga sih." Angga mengambil kartu-kartu itu dari dalam kotak, lalu memperlihatkannya padaku. "Tapi, kamu cuma boleh buka kartu-kartu ini kalau aku jauh dari kamu."
"Berarti aku nggak akan pernah buka kartu-kartu itu, Cip." Mendengar syarat dari kartu itu rasanya seperti tertampar dengan sangat keras.Hatiku terasa pilu. Dadaku pun sesak. Tidak. Tidak mungkin aku berpisah dengan Angga untuk yang kedua kalinya. Aku bisa gila. Namun, Angga tetap memaksaku untuk menyimpan kartu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Purple Goodbye" [COMPLETED]
Romance[CERITA TELAH SELESAI] Sarah Regina, adalah seorang pecinta senja seperti kebanyakan gadis diusianya. Dia juga memiliki senjanya sendiri yaitu Angga Bagas Sucipto. Laki-laki yang membuat semua waktunya terasa lebih berarti juga laki-laki yang membu...