Kini adalah Awal

125 10 0
                                    

Awal adalah setiap hari. Hari ini adalah awal dari hari esok. Jika kemarin adalah hari yang buruk maka hari ini adalah kesempatan untuk menjadi hari yang baik. Sudah lama aku tidak memulai sesuatu yang baru dengan Angga. Hubungan kami memang harmonis tapi berlalu begitu psaja. Tidak ada moment khusus yang dapat kami ingat. Aku ingin memulai hari ini dengan memulai hal baru bersama Angga. Memulai membuat moment yang nantinya selalu dapat kami ingat bersama.

***

Aku sudah mengirimkan Angga hadiah melalui paket sama seperti apa yang dia lakukan. Walaupun itu adalah hadiah sederhana tapi dia sangat menyukainya. Setelah hari itu kami menjalankan hubungan dengan lebih jujur. Saling tidak menyembunyikan perasaan. Angga jadi jarang menggombaliku. Semua terasa seperti berenang dialiran sungai menuju muara kebahagiaan. Aku tahu, terlalu senang juga memiliki resiko untuk jatuh dan kesakitan. Tapi untuk saat ini aku memilih untuk bersenang-senang. Menikmati tangan Angga yang selalu hinggap di pundakku. Berjalan bersama Angga di koridor menuju gerbang sekolah.

Menikmati hujan bersama berlari menuju mobil Angga. Sekarang Angga sudah bisa menyetir, jadi mang Udin sudah tidak lagi kami repotkan. Sore itu aku diajak Angga untuk ikut kerumahnya. Aku cukup canggung bertemu dengan tante Ria. Ibu dari Angga. Wanita yang berjasa bagi hidupku karena telah melahirkan seorang malaikat yang mungkin terjebak di bumi dan tidak bisa kembali ke khayangan. Hey.. aku adalah seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Wajar kalau aku selalu memujinya. Kata teman-temanku aku akan berhenti memujinya setelah lebih dari 2 tahun. Mungkin benar, tapi biarkan waktu saat ini jadi milik kami berdua.

"Siap?" tanya Angga setelah dia berhasil memarkirkan mobilnya.

Angga tersenyum sambil menatapku dan kami keluar dari mobil.

***

Rumah Angga terlihat modern dengan halaman yang cukup untuk membuat kebun kecil yang indah. Dari sini aku bisa melihat kalau tante Ria pandai merawat tanaman. Ada berbagai macam tanaman mulai dari yang berbunga sampai yang berbuah. Aku berjalan mengikuti langkah kaki Angga. Angga berteriak memanggil ibunya untuk menandakan keberadaanya. Kamipun masuk kedalam rumah Angga.

Dari pintu sudah tercium aroma masakan yang enak. Suara tante Ria memanggil nama Angga dan akupun terdengar dari dapur. Angga mengajakku menghampiri dapur. Aku masih menggendong tas ranselku. Oiya, aku hampir lupa kalau mama menitipkan kue nastar untuk tante Ria. Aku langsung mengeluarkan toples kue itu dari ransel dan memberikannya kepada tante Ria.

"Ma.. masak apa?" tanya Angga kepada ibunya.

"Enak pokoknya.." jawab tante Ria.

"Siang tante.." aku memegang toples nastar.

"Halo.. cantik.."

"Ini tante dari mama.." aku memberikan toples berisi kue nastar itu.

"Wah jadi enak.. sering-sering ya kesini.. " tante Ria bergurau. "mama papa apa kabar?"

"Baik tante."

"Kalian tunggu di meja makan sana.. bentar lagi beres ini."

"Oke mama.." Angga menarik tanganku sambil menyomot satu bakwan dari saringan penggorengan. Dasar anak nakal.

Aku dan Angga sudah duduk manis menunggu masakan tante Ria. Tante Ria datang dengan serbet yang masih di tangannya.

"Angga..." Tante Ria memanggil anaknya. Itu adalah kode untuk Angga melanjutkan tugas sebagai anak yang baik.

"Siap ma.." jawabnya langsung mengarah ke dapur.

"Aku bantu ya.." tawarku untuk membantu Angga mengambil piring-piring makanan.

"My Purple Goodbye"  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang