-Assalamualaikum wr.wb-
'Selamat membaca readers'
--
Langit nampak bersinar ceria tanpa adanya awan mendung. Hari ini semua murid disekolah Aldo dipulangkan. Dan Aldo sudah membuat janji dengan Fana akan pergi ketaman untuk bermain karena pulang lebih awal. Aldo tadi naik angkot untuk pulang. Tapi saat sampai rumah ia melihat mobil Ayahnya yang sudah terparkir digarasi begitu juga dengan dua mobil mewah."Tumben, padahal baru jam dua belas." gumamnya heran, memang Aldo hari ini pulang cepat karena guru di sekolah nya sedang rapat jadi semua murid dipulangkan.
Aldo tak menghiraukannya. Ia memasuki rumah dengan senyum yang mengembang. Saat membuka pintu utama ia melihat sang bunda berdiri disana.
"Sayang, kok udah pulang padahal baru jam dua belas." tanya Bunda heran.
"Kamu bolos ya?" tuduh Bunda.
"Nggak Bunda. Jangan suudzon dulu dong Bun, anaknya yang ganteng ini gak mungkin bolos.
"He-he iya. Terus kenapa dong?"
"Jadi tuh gini, gurunya lagi pada rapat Bun jadi dipulangin deh." jawab Aldo. Nadir hanya manggut-manggut mendengar jawaban dari anaknya.
"Ayah mana Bun? Tadi aku lihat ada mobil Ayah." tanyanya pada Bunda.
"Ayah lagi ngobrol sama rekan bisnisnya didalam. Kamu jangan ganggu dulu Ayah ya." perintahnya.
Aldo hanya mengangguk patuh atas perintah Bunda nya meskipun wajahnya sedikit menjadi murung, padahal ia ingin bermain bersama Ayahnya. Ya meskipun hanya dirumah ia tak peduli yang terpenting ia hanya ingin bersama sang Ayah. Mengingat sang Ayah yang jarang sekali dirumah. Bukan jarang tapi sering.
"Masuk yuk. Tapi lewat belakang ya." ucap Bunda.
Aldo mengernyit. Kenapa harus lewat pintu belakang? Padahal tadi sang Bunda lewat pintu utama. Kenapa sekarang Aldo harus lewat pintu belakang?
"Loh kenapa? Tadi aja Bunda lewat pintu utama, kenapa Aldo nggak?" tanya Aldo heran.
Bunda terlihat kebingungan. Iya, kebingungan harus menjawab apa pertanyaan dari putranya itu.
"Gini, Ayah sama rekannya lagi ngobrol jadi gak enak kalau tiba-tiba kita masuk terus ganggu Ayah." begitu jawaban Bunda.
"Takut ganggu atau emang Ayah nggak mau aku di lihat sama rekan bisnisnya Ayah." gumamnya yang masih bisa terdengar jelas oleh sang Bunda.
Setelah nya mereka langsung berjalan kearah pintu belakang. Saat sampai dipintu belakang Aldo yang tadinya cemberut kini kembali ceria karena melihat sang Ayah sudah berdiri diambang pintu belakang.
"Ayah. Ngapain Ayah disini? Bukannya lagi ada rekan bisnis Ayah." tanya Aldo pada Ayahnya.
"Iya. Ayah cuma mau ngomong sama kamu."
Aldo menautkan kedua alisnya bingung. "Ngomong apa yah?" tanyanya penasaran.
"Kamu cepetan ke kamar jangan keluar kamar sebelum Ayah suruh, soal makan nanti Felly yang bawa ke kamar kamu. Pokoknya kamu jangan keluar kamar sebelum Ayah suruh!"
Aldo kanget bukan main. Apa-apaan Ayahnya berkata seperti itu.
"Aku ada janji sama Fana keluar, jadi nggak bisa yah." jawab Aldo tanpa rasa takut dengan tatapan tajam dari Ayah nya itu.
"Nggak. Kamu gak boleh keluar rumah sekarang, dirumah ada rekan bisnis Ayah." ucapnya benar-benar telak.
Sementara disisi Aldo, Bunda hanya bisa diam tanpa mau ikut campur.
"Terus kenapa kalau ada rekan bisnis Ayah? Kenapa aku yang harus kena timpanya." Aldo menjeda kalimatnya beberapa saat.
"Oh aku tahu. Apa Ayah malu punya anak kayak aku? Dengan nyuruh aku nggak keluar kamar agar rekan bisnis Ayah nggak lihat aku gitu?" Aldo benar-benar kesal, rasanya ingin meluapkan semua rasa kesalnya pada sang Ayah.
Setya menatap anak bungsunya sangar. Berani-berani nya ia melawan orang tua seperti ini. "Lihat. Bagaimana Ayah mau membiarkan kamu keluar, kalau sikap kamu saja kayak gini sama orang tua apa lagi nanti sama rekan bisnis Ayah!"
Aldo benar-benar dibuat kesal oleh sang Ayah. Ia pergi begitu saja dari hadapan sang Ayah yang tengah meluapkan amarahnya, dengan tidak sopan Aldo pergi memasuki rumah dan berlari menuju kamarnya. Ia tak memperdulikan dengan adanya tamu dirumah ini.
Disana. Diruang tengah ada tiga orang tamu yang dibilang rekan bisnis itu. Ketiga orang rekan bisnis itu melihat Aldo yang berlari dengan wajah kesal nya tanpa memperdulikan mereka yang sedang mengobrol.
Sementara dipintu belakang Bunda melihat suaminya kesal karena sudah membuat anak bungsunya itu marah. Padahal ini semua bisa dibicarakan baik-baik tidak perlu memakai emosi seperti tadi.
"Kamu keterlaluan mas. Kamu kan bisa bicarain ini baik-baik sama Aldo." ucapnya sebelum pergi meninggalkan sang suami di sana.
Sedangkan Setya yang masih berdiri mematung ditempatnya terus mengumpat kesal. Dan dengan segera ia kembali menuju ruang tamu untuk menemui rekan bisnisnya yang sudah ia tunggal cukup lama.
--
Sementara dikamar. Aldo sedang kesal, ia terus mengumpat kasar tentang Ayah nya yang melarangnya keluar. Tidak lupa ia mengunci pintu kamarnya. Saat ini ia sedang ingin sendirian tanpa diganggu seorang pun termasuk Sang Bunda.
Aldo lupa. Bahwa ia punya janji dengan Fana, bahkan ia belum mengabari sahabatnya itu. Mungkin karena tersulut emosi ia jadi lupa segalanya termasuk janjinya pada Fana.
"Aldo. Buka pintunya sayang!"
Bunda? Bukan. Suara itu bukan suara sang Bunda melainkan suara Felly. Ya beberapa saat ketika Aldo masuk kamar Felly datang dan langsung melihat sang Bunda yang terlihat cemas. Felly di beritahu semuanya oleh sang bunda soal Ayahnya yang melarang Aldo keluar dari kamar.
Felly diperintahkan untuk membujuk Aldo oleh sang Bunda karena Nadir harus menemani suaminya yang sedang kedatangan tamu. Tanpa menunggu lama Felly langsung bergegas menuju kamar Aldo untuk membujuknya keluar.
"Aldo! Ini kak Felly." ujar Felly lagi karena Aldo tak menyahuti panggilannya.
"Nggak. Bukannya aku nggak boleh keluar, jadi aku gak akan keluar kamar. Mendingan kak Felly pergi aja, aku mau sendiri." jawab Aldo dari dalam kamar.
"Iya. Setidaknya biarin Kakak masuk dulu, kamu harus makan." ucap Felly. Mereka benar-benar mengobrol dengan pintu sebagai penghalang.
"Pergi!" teriak Aldo kesal.
Felly tertegun atas bentakan Adiknya. Pasalnya Aldo tak pernah membentak Felly seperti ini. Dengan wajah lesu Felly pergi dari sana-depan kamar Aldo.
Sementara didalam kamar Aldo merasa bersalah karena sudah membentak sang Kakak. Sebenarnya ia tak bermaksud seperti itu. Ia sedang kesal jadi tadi ia hanya meluapkannya saja.
"Aku benci Ayah." umpatnya kesal.
--
Balik lagii.. Gimana bosen nggak sama cerita ini? Kalo bosen maafin yaa:"
Author butuh saran dan kritiknya please:")
-Wassalamualaikum wr.wb-
'Ditunggu ya chap selanjutnya'
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldo Its Aldo
Teen FictionRefaldo Setya Dinaro. Seorang remaja berusia limabelas tahun, ia mempunyai keinginan yang sangat sederhana. Ia hanya ingin sang Ayah selalu ada bersamanya, bersama keluarganya. Ia hanya ingin seperti remaja-remaja lainnya yang selalu bersama ayahnya...