◻️ 20. Sakit Yang Berbuah Manis

3.2K 329 15
                                    

'Assalamualaikum wr.wb'
-Selamat membaca-

——

Hari sudah mulai malam, dan waktu kini sudah menunjukan pukul tujuh malam, dan semua anggota keluarga sudah berkumpul diruang makan. Tunggu, tidak semua tapi ada satu anggota keluarga yang belum bergabung untuk makan malam.

"Oh iya, Faldo belum bangun?" tanya sang kepala keluarga.

"Dari pulang sekolah, Aldo belum keluar kamar mas. lagi tidur." yang menjawab adalah sang istri.

"Biar Felly, yang bangunkan Aldo." Felly hendak berdiri dari duduknya, namun Setya menghentikannya.

"Biar ayah saja," ujarnya dan langsung berdiri.

Setelah Setya pergi menuju kamar Aldo. Mereka semuanya masih menunggu tak ada yang makan duluan. Mereka semua menunggu Aldo untuk bergabung makan malam bersama. Dan juga kali ini adalah makan malam pertama setelah lama tak makan bersama.

"Bun, aku makan duluan 'ya?" tanya Aldi sekaligus memohon, bagaimanapun juga perutnya sudah berdemo sedari tadi.

"Tunggu Aldo dulu, sebentar." Aldi hanya bisa pasrah ketika mendengar jawaban dari bunda nya itu.

Felly dan Bunda hanya tersenyum geli, saat melihat ekspresi Aldi yang begitu memelas.

Sesampainya di depan kamar Aldo, Setya langsung masuk begitu saja. Begitu masuk Setya bisa melihat anaknya yang sedang tertidur nyenyak dengan selimut tebal yang membungkusnya.

Setya mendekat menghampiri ranjang yang ditempati anaknya itu. Tidurnya sangat sekali nyenyak, Setya menjadi tak tega untuk membangunkan nya. Ia mengelus rambut anaknya pelan, sudah lama ia tak melakukan hal seperti ini

Namun saat tadi menyentuh rambut Aldo, ada yang aneh dengan suhu tubuh anaknya itu. Ia bisa merasakan bahwa suhu tubuh Aldo sangat tinggi. Lalu untuk memastikan nya ia menempelkan telapak tangan nya ke kening Aldo. Dan benar suhunya sangat panas, Aldo demam.

Setya kelimpungan saat mengetahui anaknya demam. Ia bingung harus melakukan apa? Mengompres. Ya, ia harus mengambil air untuk mengompres Aldo. Kemudia ia turun menuju dapur, tentu saja ia akan melewati ruang makan.

Saat sampai diruang makan, mereka melihat Setya yang terlihat panik berjalan kearah dapur. Dan sang Bunda memutuskan untuk menyusul suaminya itu.

"Mas, ada apa?" tanyanya lembut.

"Faldo demam. Aku mau ngompres dia," jawabnya yang masih sibuk menuangkan air kedalam baskom berukuran sedang.

"Serius mas? Biar aku aja," ujarnya khawatir

"Nggak usah, biar aku aja. Suruh anak-anak makan duluan, kamu keatas 'deh liat kondisinya. Bagaimanapun juga kamu Ibunya, pasti kamu tahu gimana ngurusnya." Setya berbicara sedikit panjang—cerewet.

Nadir mengangguk, lalu pergi menuju kamar Aldo, saat berpapasan dengan ruang makan ia sempat berpesan agar anak-anaknya itu makan terlebih dahulu, dan ia juga sempat memberitahu bahwa adiknya—Aldo tengah demam.

Sesampainya dikamar Aldo, ia langsung mengecek suhu tubuh Aldo. Ia bisa melihat keringat yang mengucur dari pelipisnya. Nadir tak membangunkan Aldo, ia membiarkan anaknya itu tidur.

Suaminya sudah datang dengan membawa baskom berisikan air dan juga kain untuk mengompres Aldo. Nadir membiarkan sang suami yang mengompresnya. Sudah lama ia tak melihat suaminya itu begitu perhatian pada Aldo.

Setya mengompresnya dengan sangat telaten, ketika kainnya sudah mengering dengan cepat ia mencelupkannya kedalam air lagi lalu menempelkannya di dahi anaknya.

Faldo Its AldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang