——
Aldi segera membawa adiknya yang sudah tak sadarkan diri ke rumah sakit, ia lupa untuk memberitahu bunda dan kakak perempuannya di rumah yang menunggu dengan cemas. Saat ini ia hanya terfokus untuk membawa adiknya ke rumah sakit hingga mendapat penanganan dari dokter.
Setelah sampai di rumah sakit. Aldo segera di tangani oleh dokter, Aldi menunggu diluar ruangan. Ia merogoh saku celananya, dan mengambil benda pipih yang selalu ia bawa, ia mengetikan sesuatu hingga sebuah nada telepon terdengar dan terhubung.
"Hallo, bunda sama kak Felly datang ke rumah sakit Citra Husada. Nanti, Aldi jelaskan, cepat." setelahnya sambungan terputus.
Aldi mengusak rambutnya kasar, kenapa lelaki itu datang setelah mereka sudah nyaman, bahagia hidup tanpa lelaki itu—Setya. Tak lama, dokter keluar dari ruangan. Dengan segera Aldi berdiri dan menghampiri dokter yang sudah menangani adiknya itu.
"Adik saya, baik-baik saja 'kan?" tanyanya.
"Adik anda baik-baik saja, ia hanya shock dan juga kelelahan. Anda bisa melihatnya, saya permisi dulu." setelah mengucapkan itu, dokter pergi meninggalkan Aldi di sana.
Adiknya masih setia menutup mata, ia begitu cemas dengan kondisi Aldo. Keadaannya sungguh memprihatinkan. Dan kini ia tengah menunggu adiknya tersadar, kenapa bunda dan kakaknya—Felly lama sekali datang kemari.
Aldi terlonjak kaget, saat seseorang membuka pintu dengan sekali hentakan dan itu menimbulkan suara yang cukup keras. Bunda dan kakaknya datang dengan wajah cemas, mereka langsung menghampiri Aldi. Dan bertanya—
"Gimana, Aldo?" tanya Felly.
"Aldo baik-baik aja, kata dokter dia cuma shock dan kelelahan." Felly menautkan alisnya, saat mendengar kata shock, memangnya apa yang sudah terjadi?
"Tadi ... Aldi ketemu sama ayah, dan Aldi lihat ayah lagi sama Aldo, dia sangat ketakutan. Aldi nggak tahu apa yang dilakukan ayah sama Aldo," jelasnya.
Nadir masih ingin mendengar kelanjutan dari penjelasan Aldi, namun harus terhenti saat ia melihat Aldo yang sudah membuka matanya. Yang di lakukan Aldo hanya diam, tak berniat mengatakan sepatah kata pun, ia hanya menatap langit-langit rumah sakit. Dadanya masih terasa menyesakkan saat mengingat kembali bagaimana sang ayah melakukannya seperti apa.
Ya, Aldo sudah mengingat semuanya. Namun, ia tak memberitahu bunda dan juga kakak-kakaknya mengenai hal ini. Ia masih marah, karena mereka sudah menyembunyikan semua ini darinya. Biarkan saja ia tak bicara dahulu.
"Kamu, baik-baik aja, sayang?" tanya bunda, tetap saja Aldo tak menjawabnya. Ia mengacuhkannya. Mungkin Aldo masih butuh waktu untuk menerima semua yang terjadi padanya.
Semuanya menghela nafas lega, saat Aldo sudah sadar. Namun, mereka harus menunggu Aldo untuk siap berbicara. Meskipun begitu, mereka tetap senang karena Aldo dalam keadaan baik-baik saja.
——
Nura dan Fana berniat untuk membesuk Aldo di rumah sakit. Dan kini mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit, Nura membawa mobil merah mudanya. Sebenarnya, ini adalah kali pertama bagi Fana melihat kakaknya membawa mobil, pasalnya Nura yang tak tinggal di jakarta melainkan di USA untuk menempuh pendidikannya.
"Dek! Bengong aja lo." Fana tersadar, karena sang kakak tiba-tiba mengagetkannya.
"Nggak," jawabnya singkat.
"Kenapa sih? Bukannya seneng mau besuk Aldo," katanya.
"Emh ... kak, kenapa kak Aldi bisa suka sama lo?" tanya Fana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldo Its Aldo
Teen FictionRefaldo Setya Dinaro. Seorang remaja berusia limabelas tahun, ia mempunyai keinginan yang sangat sederhana. Ia hanya ingin sang Ayah selalu ada bersamanya, bersama keluarganya. Ia hanya ingin seperti remaja-remaja lainnya yang selalu bersama ayahnya...