-Assalamualaikum wr.wb
'Selamat membaca readers'
--
Suasana rumah mewah itu kini begitu menegangkan. Masalahnya Setya begitu marah pada Aldo karena tidak sopan pada rekan bisnisnya saat Aldo hendak ke kamarnya. Setya tahu? Tentu saja karena rekan bisnisnya yang memberitahu.Seusai rekan bisnisnya pulang. Setya dengan langkah penuh amarah berjalan menuju ke kamar Aldo. Sesaimpainya dikamar Aldo ia langsung menggedor pintu yang terbuat dari kayu itu.
"Faldo! Buka pintunya." panggilnya dengan nada yang tinggi.
Namun seseorang-Aldo yang berada didalam sedang tidur dengan nyenyak. Dan Aldo sama sekali tidak terganggu dengan teriakan dan juga gedoran pintu dari sang Ayah.
"FALDO! CEPAT BUKA PINTUNYA. AYAH MAU BICARA SAMA KAMU!" kali ini Setya benar-benar marah karena Aldo tak membuka pintunya.
Panggilan dari sang Ayah kali ini sukses membuat Aldo terbangun. Namun ia tetap tak mau bangun dari kasurnya itu, Aldo marah. Terserah jika sang Ayah akan berteriak sekencang apapun ia tidak akan keluar kamar.
Suara Setya yang cukup keras membuat para penghuni rumah mewah itu segera datang kesumber suara yang berada dikamar Aldo. Begitu pula dengan Nadir-Bunda-dan juga Felly. Aldi? Ia belum pulang dari kampus nya.
Felly dan Bunda terlihat terburu-buru menaiki anak tangga untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa sih mas? Kenapa teriak-teriak?!" tanya Nadir pada suaminya.
"Lihat! Faldo jadi ngelunjak, dan itu semua gara-gara kalian karena terlalu manjain dia." kesalnya lalu bergegas pergi begitu saja meninggalkan Bunda dan Felly yang masih mencerna apa yang sedang terjadi. Mereka bingung karena tiba-tiba Setya marah-marah seperti itu.
"Kamu bujuk Aldo supaya dia mau keluar. Bunda mau susul Ayah dulu." ucapnya pada Felly sebelum menyusul Setya.
Felly mengangguk. "Dek! Buka pintunya."
Aldo tetap tak mau menyahuti panggilan sang kakak. Ia diam seribu bahasa. Sekali lagi Felly mencoba untuk membujuk Adiknya agar mau keluar kamar. Felly heran, belakangan ini Aldo jadi pemarah.
"Dek! Ayo dong buka pintunya, Kakak mau masuk." panggilnya lagi.
"Si Aldo kenapa lagi?" Felly menoleh dan mendapati Aldi sudah berdiri di belakangnya dengan tangan yang masih menyampirkan tas di bahunya.
"Udah pulang kamu?" tanyanya. Aldi membuang pandangan kearah lain, kadang disaat seperti ini Aldi suka mendadak kesal pada Kakaknya itu.
"Gue udah disini, ya berarti gue udah pulanglah Kakakku yang cantik." jawabnya dengan gemas.
Felly tak menanggapi kalimat Aldi yang memujinya tadi, "Aldo marah sama Ayah." ucapnya.
Wajah Aldi nampak berfikir. "Emangnya Ayah ngelakuin apa lagi sama si Aldo?"
"Bukannya Ayah pulang lebih cepet ya dari biasanya?" belum sempat Felly menjawab Aldi kembali melanjutkan kalimatnya.
"Masalahnya disitu Dek, waktu Aldo pulang Ayah nggak ngijinin dia masuk lewat pintu utama karena ada lagi rekan bisnisnya tapi malah disuruh lewat pintu belakang. Dan otomatis itu membuat Aldo secara tidak langsung tersindir dan marah."
"Lagian kenapa juga sih Ayah gak ngebolehin Aldo lewat depan. Seenggaknya dengan Aldo lewat depan Ayah bisa sekalian ngenalin Anaknya itu sama rekan bisnisnya. Kenapa Ayah malah kelihatan nggak mau rekan bisnisnya itu tahu kalo Ayah punya anak-Aldo." omelnya, Aldi kesal dengan sikap Ayahnya yang seperti itu.
Felly masih diam di tempatnya. Pasalnya ia sungguh dibuat terkejut atas kalimat yang diucapkan Adiknya itu, padahal Aldi tak pernah berbicara seserius ini. Dan baru kali ini ia melihat Adiknya berbicara serius seperti ini.
"Kakak nggak tahu kenapa Ayah jadi kayak gini."
"Dan seharusnya si Aldo gak bersikap kekanak-kanakan gini, jadinya ngerepotin semuanya."
Felly mengernyit, tadi saja seakan membela Aldo tapi kenapa sekarang malah menyudutkannya seperi ini.
"Kamu juga jangan nyalahin Aldo kayak gini, dia masih di bawah umur jadi wajar kalo dia suka tersinggung atas sikap Ayah." bela Felly.
"Aku nggak nyalahin Aldo kak. Cuma seharusnya Aldo ngerti, dia udah dewasa nggak bisa terus kekanak-kanakan. Aku ke kamar." ucapnya lalu bergegas pergi.
Felly masih bingung, ah mungkin Adiknya sedang banyak tugas kuliah.
--
Dengan kepala yang disenderkan ke kepala ranjang dengan tangan yang masih sibuk mengotak-ngatik handphone nya itu tak memperdulikan apa yang terjadi diluar yang lebih tepatnya di depan kamarnya. Bukan tak memperdulikan justru Aldo dengan sangat jelas mendengar semua ucapan mereka terutama yang diucapkan Aldi.Meskipun Aldo mencoba tak perduli dengan perkataan sang Kakak-Aldi tapi tetap saja kalimat yang diucapkan Aldi terus memenuhi otaknya.
Ngerepotin semuanya...
Dua kata itu yang selalu bermunculan. Apa benar Ia hanya merepotkan semua orang?
Ah, entahlah Aldo pusing dengan pikiran-pikiran ini, lebih baik ia tidur daripada harus memikirkan hal yang sama sekali tak penting. Dan lama kelamaan mata itu terpejam.
--
Fana tak tahu harus menunggu berapa lama lagi ditaman ini. Sudah lebih dari satu jam ia menunggu Aldo, namun lelaki itu sama sekali tak menampakkan batang hidungnya bahkan memberinya kabar via chat saja tidak ada.
Tapi ia tak mau berburuk sangka. Mungkin lima belas menit lagi Aldo akan menampakkan batang hidungnya ditaman ini. Jadi Fana harus menunggu lagi.
"Dia yang ngajakin ketaman, dia juga yang nggak dateng. Nyebelin." gerutunya kesal.
Sebenarnya Fana sedang menunggu Aldo dibangku taman namun ia merasa bosan hanya duduk menunggu saja. Ia melangkah mendekati area bermain untuk anak-anak kecil dan tujuannya saat ini pada wahana permainan yang menganyun. Ya, Ayunan. Meskipun sudah berkarat ayunan itu masih dapat dipergukan dengan baik.
Fana mulai mengayun-ayunkan kebelakang dan kedepan. Ia seolah sedang terbang tinggi kala ayunan itu mengayun sangat tinggi. Fana tertawa menikmati permainan ayunan ini. Ah andai saja Aldo berada disini pasti akan sangat menyenangkan bisa bermain bersama-bermain ayunan bersama. Fana yang duduk dan Aldo yang mengayunkannya, Fana terkikik geli memikirkan itu semua. Hingga tiba-tiba seseorang menghampirinya.
"Biar gue aja yang dorongin."
--
Yuhuuu~ author update lagi. Semoga pada suka sama chap ini yaaaaaaaaaaaa😂
Pokoknya jangan lupa vote dan comment yaaa sayangkuuuu❤❤
Paipai~ sampai ketemu dichap selanjutnya.
-Wassalamualaikum wr.wb-
'Ditunggu ya chap selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldo Its Aldo
Teen FictionRefaldo Setya Dinaro. Seorang remaja berusia limabelas tahun, ia mempunyai keinginan yang sangat sederhana. Ia hanya ingin sang Ayah selalu ada bersamanya, bersama keluarganya. Ia hanya ingin seperti remaja-remaja lainnya yang selalu bersama ayahnya...