Assalamualaikum wr.wb
'Selamat membaca readers'——
Pagi ini suasana nya begitu indah, rumah bernuansa klasik namun terkesan mewah itu penuh dengan tawa yang tulus. Semua anggota keluarganya berkumpul di taman belakang. Terlihat asap yang mengepul kelangit dan asap-asap itu terlihat seperti pembakaran yang diciptakan Aldi dan Felly yang tengah membakar jagung dan ayam.
Sementara disana, di hamparan rerumputan hijau yang segar dengan beralaskan tikar serta berbagai macam makanan tersaji disana. Jangan lupakan ketiga orang yang tengah duduk disana terlihat sedang bersenda gurau satu sama lain. Sudah jelas bahwa mereka adalah Aldo, Bunda dan Setya.
Aldo tak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Hal yang sangat di idamkannya akhirnya terwujud, rupanya tak sia-sia Aldo marah dengan cara mengurung diri dikamar meskipun harus membuatnya mendekam dirumah sakit beberapa hari. Tapi semua itu tak masalah bagi Aldo karena semuanya sudah terbayarkan dengan semua ini.
Ayahnya yang rela menggagalkan semua meeting nya hanya demi berkumpul di taman bersama keluarga kecil yang ia bangun dari dulu hingga menjadi seperti ini. Dan ia baru menyadari bahwa harta bukanlah segalanya.
"Oh iya, Fana kok jarang datang kerumah ya?" celetuk bunda ditengah-tengah gurauan suaminya dengan Aldo.
"Nggak tahu," jawab Aldo sambil mengedikan bahu.
"Kok gitu sih, Fana kan sahabat kamu kenapa nggak diundang aja biar tambah seru. Iya gak mas," sarannya.
Setya hanya mengangguk menjawab ucapan istrinya.
"Udah 'deh bun, sekarang tuh aku lagi mau Qtime bareng Ayah." sang Ayah yang mendengar hal itu lantas menoleh dan tersenyum kepada putra bungsunya itu.
"Bunda! Jagungnya udah matang." Tiba-tiba saja suara menggelegar dari Felly terdengar, dia berjalan menghampiri mereka bertiga dengan tangan yang membawa senampan jagung bakar yang aromanya sungguh menggoda.
"Ayam nya juga sudah matang!" disusul dengan suara Aldi yang berjalan dibelakang Felly dengan nampan sedang berisikan dua ekor ayam panggang itu.
"Wuah, asik baunya aja udah kecium dari sini." Karena ucapan dari Aldo pembicaraan yang tadi jadi teralihkan. Dan memang sebenarnya Aldo sengaja mengalihkan pembicaraan agar tak membahas Fana lagi.
Aldo marah kepada Fana, dia sama sekali tak menampakan batang hidungnya di hadapan Aldo sejak dirinya masuk rumah sakit. Dan tak sengaja ketika Aldo membuka instagram dan ada insta story Fana yang menampilkan sosok laki-laki yang Aldo ketahui tengah bersama Fana disebuah kedai eskrim.
Kembali lagi kepada keluarga kecil itu, mereka langsung menyantap jagung dan ayam bakar begitu Aldi dan Felly menghidangkan ditikar itu. Makanan nya sangat terasa khidmat dengan makan beralaskan tikar menikmati udara yang segar ditaman itu, serta banyak bunga yang ditanam Bunda terlihat segar dan bagus menambah kenikmatan suasana seperti ini.
"Si Aldo lapar apa doyan, sampai belepotan begitu makannya. Santai aja kali bro," tutur Aldi yang sontak membuat semua orang langsung melirik Aldo yang sedang memakan ayam bakar dengan lahapnya.
Aldo hanya tersenyum kikuk begitu semua pandang mata tertuju padanya.
"Faldo, pelan-pelan nanti tersedak." sang Ayah berujar dengan nada penuh kelembutan.
"Iya ayah, nggak akan," jawabnya seolah sangat yakin, tapi tak lama Aldo mengucapkan itu ia tersedak.
"Uhukk." Felly langsung menyodorkan segelas air kepada adiknya itu, tentu saja dengan sedikit omelan darinya.
"Mangkanya, kalau makan tuh ya pelan-pelan. Jadinya gitu kan," omelnya.
Mereka semua sangat menikmati acara tersebut, semuanya tertawa bahagia akibat dari kepolosan Aldo dan gurauan yang ditimbulkan Aldi. Sedangkan Ayah, Bunda dan Felly hanya menikmatinya saja.
——
Kebetulan sekali hari ini adalah hari libur. Saat bangun tadi pagi tiba-tiba kakaknya masuk begitu saja kedalam kamarnya dan meminta agar Fana mau mengantarnya ke minimarket. Sebabnya Nura—Kakaknya tak mau jika berbelanja sendirian, karena takut digoda oleh para pemuda yang suka nongkrong dipinggir jalan. Jadi dia mengajak Fana agar lelaki itu tak menggodanya karena Fana akan seperti banteng jika sedang marah.
"Aish, kak Nura aku masih ngantuk tahu. Kenapa nggak sendirian aja sih biasanya juga sendirian 'kan," omel Fana tak terima.
Pasalnya Fana sudah ada rencana bahwa hari ini ia akan kerumah Aldo, karena ia belum menjenguk sahabatnya yang katanya sakit itu. Bukan nya Fana tak mau menjenguk Aldo ketika dirumah sakit, Fana sangat ingin tapi saat hendak pergi kerumah sakit ada saja hal yang mengganggu seolah tak membiarkan Fana untuk menjenguk sahabatnya itu.
Seperti ajakan dari Tirga, yang ia kenal karena Aldo mengenalkannya. Fana tak enak jika menolak ajakan kakak kelasnya itu. Dan saat esok harinya sang guru mata pelajaran PPKN memberinya tugas dan harus dikumpulkan besoknya. Jadi Fana tak punya waktu untuk menjenguk
Fana memang tetanggan dengan Aldo, tapi jaraknya lumayan hanya terpisah beberapa rumah saja. Ya mungkin itu bukan yang dibilang tetanggaan. Saat Aldo sudah pulang dari rumah sakit Fana juga hendak menjenguk ke rumahnya, tapi entah kenapa sang Ibu melarangnya.
"Kamu jangan dulu ke rumahnya Faldo ya, jangan dulu ganggu mereka." Ibunya akan berucap seperti itu ketika dia akan menjenguk Aldo. Bukan maksud Ibunya Fana ingin melarang Fana untuk menjenguk Aldo, tapi karena Ibu tak mau menganggu keluarga Aldo yang tengah bahagia. Ibunya tak mau jima Fana akan merusak Qtime keluarga sahabatnya itu.
"Kakak 'kan udah bilang sama kamu, kakak takut digodain sama lelaki berandalan. Kamu tahu kan kakak itu cantik."
Fana hanya mendelik sebal karena sang Kakak begitu pede menyebutkan bahwa dirinya cantik. Fana mengakuinya jika memang Kakaknya—Nura sangat cantik, tapi jangan terlalu pede juga kali. Menurut Fana.
"Lagian aku tuh ada rencana hari ini kak, sekarang aku mau jenguk Faldo ke rumahnya," ujarnya.
"Kamu ya, Kakak minta anter ke minimarket doang elah cuma sebentar ini. Habis itu kamu bisa jenguk sahabat kamu itu."
"Iya iya." Fana tak mau lagi berdebat dengan sang kakak karena sudah dipastikan ia akan kalah jika adu bicara dengan Kakaknya itu.
Nura menepikan motornya begitu sampai di minimarket. Ya, sedari tadi mereka mengobrol diatas motor meskipun begitu Nura tetap berkonsentrasi dalam berkendara.
"Kak, aku mau beli buah sama roti buat jenguk Faldo 'ya?" pintanya kepada Nura yang tengah memilih makanan.
"Sebagai gantinya karena kamu mau nemenin kakak ambil aja," Jawabnya lalu melanjutkan belanjanya.
Setelah cukup lama memilih makanan di minimarket, akhirnya mereka selesai berbelanja. Namun saat hendak menaiki motor sang Kakak sebuah suara menghentikannya.
"Fana, lo ngapain disini?" tanya seseorang tiba-tiba.
Fana sontak menoleh kebelakang dan mendapati seseorang yang di kenalinya. Seseorang yang memanggilnya itu berjalan mendekat kearah Fana dan kakaknya.
——
Up yaa😂 maafin partnya dikit, dan semoga suka yaa😊😍Dan juga maaf kalau up nya kelamaan, hehe😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldo Its Aldo
Teen FictionRefaldo Setya Dinaro. Seorang remaja berusia limabelas tahun, ia mempunyai keinginan yang sangat sederhana. Ia hanya ingin sang Ayah selalu ada bersamanya, bersama keluarganya. Ia hanya ingin seperti remaja-remaja lainnya yang selalu bersama ayahnya...