◻️ 18. Love Brother

2.8K 295 17
                                    

'Assalamualaikum wr.wb'
-Selamat membaca-

—-

Beberapa hari berlalu dinikmati dengan indah oleh keluarga Setya, ternyata janji Setya saat itu bukan sebuah omongan saja tapi dia sudah membuktikan nya. Dia selalu meluangkan waktu untuk keluarganya, dan juga Setya lebih banyak berdiam di rumah dibandingkan di kantor. Semuanya terasa seperti mimpi bagi Aldo.

Bahkan tak terasa, sudah berhari-hari pula Aldo mendiamkan Fana disekolah, dan sepertinya Fana juga tak peduli. juga tak jarang Aldo melihat Fana sedang bersama Tirga, entah itu di kantin ataupun di luar sekolah.

Seperti saat ini contohnya, Aldo tengah duduk di kursinya seorang diri. Biasanya di kursi sebelahnya akan ada Fana yang selalu menemani. Tapi kali ini Fana tak ada, dia lebih memilih makan bersama Tirga dikantin. Ya meskipun Fana sudah mengajaknya tetap saja Aldo tidak mau jika disitu harus ada Tirga.

Kelas itu nampak sepi, hanya ada Aldo dan beberapa murid lain yang tengah mengobrol. Mungkin karena saat ini jam istirahat, jadi para murid lebih memilih mengisi perut mereka yang kosong ke kantin. Tapi Aldo sama sekali tak beranjak dari kursinya itu, ia hanya menelungkupkam kepalanya diatas meja.

"Woy. Gak ke kantin lo?" Tiba-tiba si ketua kelas—Farhan duduk begitu saja dikursi sebelah Aldo yang kosong.

Aldo mendongak, lalu menggeleng sebagai jawaban, "Nggak."

Hari ini Aldo sedang tidak mood untuk makan, meskipun sedari tadi perutnya terus berbunyi. Entah apa yang membuat dirinya menjadi malas melakukan apapun sekarang ini. Apa karena Fana?

"Kenapa lo? Sakit lagi," tanya Farhan, karena tak biasanya Aldo sependiam ini. Apalagi Aldo tak bersama Fana—sahabatnya.

"Nggak. Pergi sana, ganggu orang aja."

"Sensian banget, kayak cewek lagi pms aja lo," ujarnya.

Aldo sama sekali tak menanggapi ucapan Farhan, ia kembali memejamkan matanya meskipun tak bisa tidur.

"Oh gue tahu, Lo cemburu kan sama kakak kelas yang sering datang ke kelas kita. Iya kan?" Tiba-tiba saja Farhan membicarakan Fana, dan itu membuat Aldo semakin kesal dibuatnya.

"Apaan sih lo, segala bawa-bawa si Fana sama kak Tirga!" sergahnya dengan nada kesal.

"Oh jadi namanya Tirga," ucap Farhan manggut-manggut.

"Eh lo tahu nggak, selama lo sakit si Fana sama yang namanya Tirga itu sering berduan tahu." Ucapan dari Farhan itu sontak membuat Aldo penasaran.

Aldo masih terdiam menunggu kelanjutan cerita dari Farhan. Sedangkan Farhan hanya memperhatikan Aldo.

"Lo penasaran ya?" entah kenapa pertanyaan dari Farhan membuat Aldo menjadi salah tingkah.

"Ng-gak," jawabnya gugup.

"Ngaku aja lo, jangan gengsian. Si Fana diambil sama orang baru tahu rasa lo."

"Bodoamat. Bukan urusan gue!"

"Mau gue lanjut nggak nih?" tanya Farhan.

"Ya .. terserah."

"Bu Maru datang woi." Tiba-tiba saja suara Ciko terdengar begitu nyaring memenuhi rangan kelas ini.

"Sorry, lain kali aja ya ceritanya," maafnya pada Aldo, karena Bu Maru datang untuk mengajar.

Seketika Aldo menjadi murung, baru saja ia ingin mendengar semua cerita tentang Fana selama dirinya tak masuk sekolah. Terpaksa Aldo harus menunggu jam pelajaran Bu Maru selesai.

Faldo Its AldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang