——
Setelah Nadir berhasil membawa anaknya menuju rumah sakit untuk segera ditangani. Kini Nadir sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, wajahnya sudah memerah memahan amarah yang berkecamuk didalam hatinya. Ia terpaksa, meninggalkan anaknya yang tengah ditangani oleh dokter dan menitipkannya pada anak tertuanya—Felly.
Saat ini ia sangat ingin menemui seseorang, ia ingin mempertanyakan semua pertanyaan yang ada di dalam hatinya. Sesampainya disebuah gedung besar yang menjulang tinggi, Nadir memarkirkan mobilnya sembarang arah. Tak peduli dengan aturan, ia turun dari mobil dan masuk kedalam gedung besar yang menjulang itu menuju sebuah ke ruangan.
Ia masuk begitu saja, tanpa mengetuknya terlebih dahulu saat sudah sampai diruangan yang tuju tadi. Seseorang yang mrmang berada di dalam sana terlonjak kaget karena kehadirannya.
"Ada apa, sayang?" tanyanya dengan santai. Itu adalah Setya.
Nadir tak menjawab, ia mangkah mendekat menuju tempat suaminya duduk. 'Plak' tak disangka, Nadir menamparnya dengan sangat keras. Sementara yang ditampar tadi langsung berdiri, bingung atas apa yang dilakukan istrinya tadi kepadanya.
"Kamu apa-apaan 'sih?" katanya tak terima.
"Kamu yang apa-apaan, mas. Kenapa kamu tega sama anak kita, itu darah daging kamu mas. Kamu ingat 'kan perjanjian kita dulu, kamu mengingkarinya mas. Aku mau kita cerai." Nadir sudah tidak tahan dengan kelakuan sang suami pada anak bungsunya, sudah berkali-kali suaminya berbuat seperti itu. Tapi kali ini, Setya sudah sangat keterlaluan.
"Maksud kamu apa 'sih? Aku gak ngerti," sergah Setya.
"Tidak usah berpura-pura, mas. Aku tahu semuanya, kamu 'kan yang mengurung Aldo di gudang. Sudah berapa lama kamu mengurungnya disana, huh? Seharusnya aku gak percaya sama kamu waktu itu, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi."
"Iya! Aku yang mengurungnya, kenapa? Anak itu yang salah, dia mendorong kakaknya ditangga. Dia sengaja melakukan itu," jawabnya penuh emosi.
"Keterlaluan kamu. Aldo tidak mungkin melakukan itu, anakku tidak sengaja." hardiknya.
"Kamu tidak melihatnya. Aku yang melihatnya, dia dengan sengaja mendorong kakaknya—Aldi. Kenapa kamu begitu percaya dengan dia, aku ini suamimu."
"Dia anakku, jelas saja aku percaya. Bukan, mulai sekarang kamu bukan suamiku. Kita bercerai, Aku akan mengurusnya." setelah mengucapkan itu, Nadir langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Sementara Setya, dia masih mematung di tempatnya. Dia begitu menyayangi istrinya, dia tidak ingin pernimahannya hancur begitu saja hanya karena anak bungsunya. Dia tak akan tinggal diam, pernikahannya harus tetap utuh. Keluarga kecilnya tidak boleh hancur, dia tidak akan membiarkan itu semua terjadi.
'Prank!' setya melempar barang-barang yang berada di meja kerjanya. Pikirannya saat ini sangat kacau, ia menggeram tertahan. Lalu duduk dikursi nya dengan kasar, tangannya mengusak rambut klimisnya hingga terlihat tidak rapi, dasinya sudah melonggar, kemejanya pun sudah mencuat keluar.
"Aargh, ini semua gara-gara si Faldo." pekiknya.
——
Fana benar-benar tak menyangka, jika hari ini akan banyak kejadian yang sama sekali tidak terduga. Yang pertama, pertemuan kakaknya dengan kakak sahabatnya yang memang sudah saling kenal bahkan, munkin sudah berpacaran.
Dan yang kedua, ini adalah hal yang sama sekali tidak diinginkan terjadi, ia harus melihat tubuh sahabatnya yang lemas dengan nasal kanula bertengger dihidung nya. Setelah bunda datang dengan raut yang sangat cemas memberitahukan kepada Felly bahwa Aldo dikurung di gudang oleh ayahnya sendiri, dan keadaanya sangat mengenaskan. Aldo dibawa dalam keadaan tak sadarkan diri ke rumah sakit oleh bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldo Its Aldo
Teen FictionRefaldo Setya Dinaro. Seorang remaja berusia limabelas tahun, ia mempunyai keinginan yang sangat sederhana. Ia hanya ingin sang Ayah selalu ada bersamanya, bersama keluarganya. Ia hanya ingin seperti remaja-remaja lainnya yang selalu bersama ayahnya...