◻️ 27. Cepat Sembuh

2.8K 300 12
                                    

Pagi sudah menjelang, Nadir sudah memberitahukan suaminya bahwa guru di sekolah Aldo, sudah melakukan tindakan kasar, dengan menampar anaknya. Padahal, Aldo sama sekali tidak berbuat salah. Saat mengetahui hal itu Setya langsung bertindak melaporkan perbuatan guru itu kepada kepala sekolah.

Kepala sekolah sudah mengambil tindakan dengan mengeluarkan guru itu di sekolah. Dan kini sepasang pasutri itu sudah merasa tenang. Tak ada lagi hal yang perlu dikhawatirkan.

Aldi masih saja bersikap acuh tak acuh pada Aldo. Biasanya Aldi akan membangunkan nya, atau bahkan menjahili dirinya.

Di dalam kamar, Aldo masih menutup matanya. Namun selang beberapa detik ia terbangun, dan bergegas menuju kamar mandinya. Saat sampai di kamar mandi, Aldo membungkuk dan memuntahkannya. Karena saat bangun tadi tiba-tiba perutnya mual.

Setelah dirasa selesai, Aldo kembali ke ranjangnya dan mencoba untuk menidurkan diri kembali.

'Huh gara-gara kak Tirga! Gue jadi kayak gini,' rutuknya dalam hati.

Saat hendak menutup matanya mencoba untuk tidur, sesrorang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Dengan senyum yang tercetak di wajah cantiknya, ia menghampiri adiknya itu.

Aldo merubah posisinya menjadi duduk yang semula berbaring, sang kakak duduk di samping ranjang miliknya, "Dek, masih sakit perutnya?" tanya Felly.

"Udah mendingan, kak." Aldo tak memberitahukan bahwa tadi ia sempat muntah, jika saja ia memberitahu kakaknya itu sudah dipastikan kakaknya—Felly akan memperpanjang masalah ini dan memberitahukan nya pada ayah dan bundanya.

"Syukur deh, kalau gitu. Ya udah, kamu istirahat lagi. Nanti kakak bawa makanan ke kamar," ujarnya pada Aldo.

"Aldo masih bisa jalan, kak. Kalau mau makan, Aldo tinggal ke bawah." meskipun tubuhnya masih sedikit lemas, jika berjalan turun ke bawah untuk makan, ia masih kuat.

"Iya, iya. Ya udah istirahat lagi." Felly membenarkan posisi selimutnya. Tak lama adiknya itu sudah berselam ke alam mimpi. Felly pergi keluar kamar, saat memastikan adiknya sudah benar-benar tertidur pulas.

Berbeda dengan ruangan sebelah, kamar Aldi. Sang empu juga sama saja, ia masih bergelung di bawah selimut berwarna biru langit itu. Ponsel yang berada di atas nakas sedari tadi terus berbunyi, namun Aldi tetap tak terganggu dengan nada dering di ponselnya itu

Ponsel itu terus berbunyi menandakan ada panggilan masuk dari seseorang, sampai beberapa menit, nada dering di ponsel itu sudah berhenti. Beberapa detik kemudian, nada dering notifikasi berbunyi menampilkan pesan dengan uname Nura.

——

Disekolah, Fana sedang duduk seorang diri di bangkunya. Kelas terasa sepi jika tak ada Aldo, Fana masih merasa bersalah karena sudah membiarkan Aldo memakan makanan yang pedas hingga sampai membuat Aldo sakit. Dan lagi, sekarang ia merasa jauh dengan sahabatnya. Tak seperti dulu, selalu bersama.

Kelas sudah sepi karena, lima menit yang lalau bel pulang sudah berbunyi. Namun, Fana masih diam di tempatnya. Tiba-tiba seseorang duduk di bangku sebelahnya, Fana tahu jika yang duduk itu adalah Tirga. Sebenarnya ia tidak suka jika kakak kelasnya itu selalu menguntitnya kemana pun segingga membuat dirinya dengan sahabatnya—Aldo menjauh.

"Fana, main yuk?" ujar Tirga.

"Sorry kak, lagi pengen di rumah." terpaksa ia bohong, jika tidak ia tak akan bisa main sekaligus menjenguk Aldo ke rumahnya.

"Ya udah, main di rumah lo aja."

"E-eh, nggak bisa. Gue lagi males main, pengen tidur lagi nggak enak badan. Sorry ya kak," ucap Fana, setelah ia bergegas keluar dari kelas meninggalkan Tirga sendirian terheran-heran.

Faldo Its AldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang